REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Gunung Agung di Bali kembali erupsi pada Senin (2/7) pukul 21.04 WITA. Kali ini, erupsinya tergolong besar dan ekplosif. Seperti dilaporkan oleh Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Bali dari Kecamatan Rendang, Kabupaten Sarangasem, suasana di wilayah itu pun semakin panik dan ramai.
Dalam hal ini, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) tidak tinggal diam. Koordinator TIm Emergency Response ACT, Kusmayadi, mengatakan bahwa timnya tengah bersiaga di zona aman Gunung Agung. Pasca erupsi besar, ia mengatakan timnya menyiagakan 10 personel di malam kejadian.
Kusmayadi menuturkan, sebanyak enam orang bersiaga di Karangasem sewaktu-waktu jika dibutuhkan evakuasi warga. Sementara, empat orang personel ACT berjaga di setiap pos pantau.
Baca juga, Erupsi Gunung Agung tidak Membahayakan
"Mulai dari pos pantau Rendang, Posko Pasebaya, Kedundung, dan Koramil Rendang," kata Kusmayadi, dikutip dari laman resmi ACT, Selasa (3/7).
Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, erupsi Gunung Agung pada Senin malam melontarkan lava pijar hingga 2 kilometer. Tak hanya itu, diawali dengan dentuman besar lalu terlontarnya lava pijar, erupsi Gunung Agung juga memicu abu vulkanik melonjak tinggi sekitar 2.000 meter dari atas puncak kawah.
"Beberapa menit berselang, lontaran lava pijar membubung kemudian menuruni lereng sampai menyebabkan hutan di puncak Gunung Agung terbakar," kata Sutopo.
Baca juga, Hutan Sekitar Gunung Agung Terbakar Akibat Lontaran Lava
Sesaat setelah erupsi dan lava pijar terlontar menuruni lereng, pengamatan visual pun menunjukkan kolom abu vulkanik berwarna kelabu. Intensitas abu vulkanik pun tebal dengan pergerakan angin mengarah ke barat.
"Erupsi Gunung Agung Senin malam ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi erupsi sampai dengan 7 menit 21 detik," demikian laporan dari Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunungapi Agung.