REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya untuk mewujudkan “kuat karena zakat” terus dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Salah satunya adalah melalui pendayagunaan zakat dalam kerangka pemberdayaan ekonomi masyarakat; dan pemberdayaan tidak lain adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan potensi masyarakat sehingga menjadi kekuatan riil bagi masyarakat itu sendiri.
Kali ini Baznas hadir dengan pemberdayaan ekonomi di Desa Bojong, Wonolelo, Pleret Bantul, Yogyakarta. Sudah sejak lama, masyarakat di kampung ini melakukan aktivitas ekonomi melalui pengembangan industri kreatif, mulai dari kerajinan bambu, tas perca, dan beberapa kerajinan lain dari kayu. Berbagai model produk hasil kerajinan bambu dan tas perca telah dihasilkan dari masyarakat di desa ini.
Meski sudah lama, keberadaan kerajinan di kampung tersebut dalam kondisi timbul tenggelam, bergantung kepada dukungan permodalan yang ada. Modal itu diperlukan untuk pengadaan bahan baku perca maupun bambu. Sebagaimana dituturkan oleh para warga, bahan baku perca diperoleh dari Solo. Sedangkan bahan baku bambu diperoleh dari daerah Gunung Kidul.
Produk desa kreatif binaan Baznas
Untuk memperoleh bahan baku, mereka banyak mengandalkan dukungan modal dari arisan RT maupun jenis iuran lain yang dikembangkan diantara mereka secara berkelompok. Dan itupun dengan jumlah yang sangat terbatas, rata-rata sebesar 1 juta rupiah.
Akibatnya, sulit bagi mereka untuk mendongkrak usaha. Padahal dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), hampir seluruh warga di desa memiliki kemampuan untuk memproduksi tas perca maupun produk-produk dengan bahan baku bambu. Kita dapat menemukan produk-produk pada hampir setiap rumah di desa tersebut. Kemudian, dari sisi distribusi, produk-produk mereka selama ini banyak menghiasi di sepanjang Malioboro.
Suasana desa kreatif Baznas di YOgyakarta
Perjuangan untuk menjadikan kerajinan sebagai sektor ekonomi utama merupakan harapan bagi masyarakat di Desa Wonolelo, di tengah kondisi wilayah yang pertaniannya hanya mengandalkan tadah hujan.
Dengan kondisi tersebut, maka penting untuk dilakukan intervensi melalui program pemberdayaan dan atau pengembangan industri kreatif, sehingga kampung yang sudah memiliki potensi SDM tersebut dapat menjadi Kampung Kreatif yang dapat diandalkan.
Baznas hadir dengan program pemberdayaan ekonomi. Tujuan dari program tersebut adalah mewujudkan Desa Wonolelo sebagai Desa Kreatif sehingga dapat menjadi sektor ekonomi utama masyarakat yang sustainable.
Hasil produk desa Kreatif Baznas di Yogyakarta
Skema yang dikembangkan adalah penyediaan akses dukungan permodalan dan layanan pengembangan usaha (business development) yang dikelola oleh Baznas Microfinance yang bermitra dengan salah satu LKMS di Yogyakarta, yaitu BPRS Margirizki Bahagia.
Untuk memulai program tersebut, pada hari Ahad (9/6/2018) telah dilakukan penyerahan kepada 4 (empat) kelompok pengrajin di desa tersebut atau sekitar 60 orang. Penyerahan juga dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Hal yang menarik dari proses bisnis kreatif yang dikembangkan di desa tersebut adalah bahwa untuk memproduksi satu produk, seperti Tas Perca, tidak diproduksi sendiri. Setiap komponen tas dikerjakan oleh orang yang berbeda.
Ada yang khusus produksi talinya, ada yang produksi bodynya, dan lain-lain. Masing-masing komponen dikerjakan di rumah masing-masing. Setelah komponen yang diperlukan lengkap, baru kemudian dirangkai di tempat terpusat, yang sekarang ini terkumpul di rumah pak RT. Dari situlah kemudian dilakukan proses distribusi ke pasar.
Namun, untuk kerajinan bambu tetap diproduksi secara lengkap oleh satu rumah tangga. Masing-masing rumah tangga memproduksi jenis kerajinan bambu, dengan produk yang bisa sama dan bisa juga berbeda; mulai dari jenis meja-kursi, dipan, dan lain-lain.