REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak terasa, Ramadhan telah memasuki sepuluh hari terakhir. Banyak yang mengalami perubahan dalam semangat beribadah. Ada yang merasa makin giat beribadah, tapi ada pula yang justru kendur. Tapi, perlu diingat bahwa banyak keberkahan dan keutamaan yang terselip pada sepuluh malam terakhir, salah satunya adalah Lailatul Qadar, malam penuh keberkahan yang menandingi keberkahan selama seribu bulan.
Wartawan Republika Dea Alvi Soraya telah mengupas keuntungan meningkatkan semangat beribadah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan melalui wawancaranya bersama Wakil Sekertaris Jenderal Majlis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Pusat KH Tengku Zulkarnain. Berikut kutipan perbincangannya.
Bagaimana mengembalikan semangat beribadah yang mulai berkurang?
Kita harus mengondisikan diri dan anggap bahwa ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita karena kemungkinan pada Ramadhan selanjutnya kita sudah dipanggil dan tidak mampu bertemu Ramadhan kembali.
Kalau kita tanamkan bahwa ini adalah Ramadhan terakhir maka dipastikan kita akan lebih takut untuk menyia-nyiakan Ramadhan dan akan betul-betul fokus beribadah agar dosa-dosa kita sebelumnya dapat terampuni dan mendapatkan pahala yang tidak terhingga dari Allah SWT.
Apa yang seharusnya dilakukan untuk mengisi sepuluh hari terakhir Ramadhan?
Ramadhan di 10 hari terakhir, kata Rasulullah, adalah waktu untuk mengencangkan sarungnya. Artinya, dia tidak bercampur dengan istri-istrinya melainkan iktikaf di masjid selama 10 hari (tidak pulang).
Selama beriktikaf, Rasulullah full beribadah, bahkan makan minum dan tidur pun dilakukan di masjid. Setelah Rasul wafat, budaya iktikaf setiap 10 hari terakhir ini terus berlanjut dan dilakukan oleh para sahabat. Ini sebagai peringatan kepada kita yang justru sibuk belanja atau persiapan mudik. Karena hal itu yang membuat ibadah tidak maksimal dan justru kendor pada sepuluh hari terakhir.
Apa keutamaan melakukan iktikaf?
keutamaan iktikaf adalah untuk mendatangkan anugerah kepada yang melak- sanakannya, yaitu dijauhkan dari neraka sejauh tiga parit, di mana setiap paritnya sejauh 500 tahun perjalanan. Jadi, jika seseorang melakukan iktikaf, dia akan dijauhkan dari neraka selama 1.500 tahun perjalanan.
Apa yang seharusnya dilakukan saat beriktikaf?
Pertama adalah niat berdiam diri di masjid untuk mendapatkan pahala dan dijauhkan dari neraka.Selanjutnya adalah fokus beribadah, seperti shalat, zikir, qiamulail, mengkhatamkan Alquran, berzikir, mendengar kajian-kajian, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mendekatkan diri kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara bermuhasabah atau merenungi segala perbuatan yang telah kita lakukan.Melalui muhasabah, sese- orang akan mampu mengintrospeksi diri dan berusaha untuk memperbaiki dirinya.
Seberapa pentingkah bermuhasabah?
Muhasabah itu artinya menghitung atau mengintrospeksi diri atas segala yang sudah kita lakukan, baik itu jahat maupun baik. Melalui muhasabah maka akan timbul kesadaran apakah tahun ini kita termasuk orang beruntung atau justru merugi berdasarkan amal yang telah kita lakukan.
Melalui muhasabah pula, seseorang mampu memperbaiki atau meningkatkan amalan. Muhasabah itu sangat penting karena suatu hari seluruh manusia akan dihisab oleh Allah SWT maka perlu adanya muhasabah agar kita dapat mengintrospeksi dan memperbaiki diri sebelum menghadapi hisab yang sesung- guhnya.
Apa materi yang sebaiknya disam paikan oleh pendai saat muhasabah?
seorang dai harus menyampaikan bahwa selama hidup di dunia, segala macam amalan tercatat seluruhnya oleh malaikat, baik amal baik maupun buruk.
Catatan tersebut nantinya dibacakan dan dimintai pertanggungjawaban.Inilah yang perlu disampaikan sebagai bahan renungan.Materi ini juga harus diulang-ulang agar kesadaran akan amalan terdahulu dapat terus terjaga.
Apakah dengan bermuhasabah kesempatan untuk mendapatkan Lailatul Qadar akan semakin besar?
Kalau seseorang sadar dengan muhasabahnya dan memperbanyak istigfar serta bertobat dengan sungguh- sungguh, insya Allah, Lailatul Qadar akan menghampiri.Rasulullah bersabda, Barang siapa yang mendapatkan Lailatul Qadar maka orang tersebut akan dihitung melakukan ibadah selama 83 tahun tanpa henti.
Rasulullah juga bersabda, Barang siapa yang melaksanakan shalat malam pada Lailatul Qadar karena keimanannya pada Allah dan mengharapkan pahala di sisi-Nya maka Allah akan ampuni dosa- dosanya yang telah lalu.
Bolehkah membatalkan iktikaf?
Seseorang dibolehkan membatalkan iktikafnya jika menyangkut hajat atau keselamatan orang lain.Misalnya, ada saudara yang sedang kritis dan memerlukan bantuan kita maka meskipun kita sedang beriktikaf diperbolehkan keluar masjid untuk bisa menolong saudara kita tersebut.
Jika dengan beriktikaf seseorang mampu dijauhkan tiga parit (1.500) tahun dari neraka, dengan menolong sesama yang sedang dalam kesulitan atau keadaan darurat maka akan dihadiahkan pahala dengan dijauhkan dari neraka sejauh enam ratus parit. Jadi, kita boleh membatalkannya dengan tujuan untuk ber amal saleh, seperti membantu saudara kita yang membutuhkan.