Jumat 01 Jun 2018 18:20 WIB

Waketum DMI: Masjid Ada untuk kemaslahatan Umat

Masjid sebagai simbol umat Islam perlu untuk dijadikan ciri khas suatu daerah.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Agung Sasongko
 Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol Syafruddin menghadiri acara Inspirasi Ramadhan di Masjid Salman, Bandung, Jumat (1/6).
Foto: Republika/Hartifiany Praisra
Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol Syafruddin menghadiri acara Inspirasi Ramadhan di Masjid Salman, Bandung, Jumat (1/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol Syafruddin mengisi Inspirasi Ramadhan di Masjid Salman ITB, Jalan Ganeca, Bandung, Jumat (1/6). Dalam acara tersebut, Syafruddin menekankan bagaimana Masjid tidak hanya sebagai tempat beribadah namun juga tempat untuk segala kegiatan.

"Masjid bisa juga untuk dilakukan diskusi-diskusi bagaimana menghindari radikalisasi, mencegah hal-hal yang menuju kesana," kata Syafruddin.

Dia menyebut, ketika di zaman Rasulullah SAW, masjid digunakan untuk melakukan segala aktivitas demi kemaslahatan umat Muslim. Untuk itu, penting bagi umat Muslim di Indonesia untuk memiliki hati nurani agar tidak menjadikan masjid sebagai tempat penyebaran pemikiran radikal.

"Masjid kita mau apakan kita ga bisa kontrol, pemerintah tidak bisa mengontrol masjid ini, masjid dimanapun di Indonesia yang jumlahnya hampir satu juta," jelasnya.

photo
Infografis Adab di Masjid

Tidak hanya itu, masjid sebagai simbol umat Islam perlu untuk dijadikan ciri khas suatu daerah. Dia menyebut, selain di Lombok, Nusa Tenggara Barat, tidak ada lagi masjid yang terlihat di sekitar bandara.

"Karena Indonesia kebetulan ada berpenduduk Muslim terbesar di Indonesia. Tentu tempat simbol Islam perlu ditonjolkan dan simbol Islam adalah masjid," tegasnya.

Salah satu masjid yang akan dicanangkan DMI adalah masjid yang akan didirikan di Bandara Internasional Kertajati, Majalengka. Di sisi lain, ketua dewan Indonesia Islamic Youth Economic Forum, Arief Rosyid turut membagikan cara bagaimana meningkatkan ekonomi masjid baik bagi masjid atau warga sekitar masjid.

Karena menurutnya, munculnya ajaran radikal di dalam masjid dipenguruhi oleh kondisi perekonomian. "Ini keprihatinan kita untuk itu, dampaknya masalah radikalisme saya rasa urusannya dengan perut, masalah kesejahteraan, saya rasa itu akan meminimalisir dampak-dampak itu dari aktifitas yang muncul belakangan," kata Arief.

Dia menyebut, penting bagi umat Muslim untuk mengembalikan pusat ekonomi Islam di sekitar masjid. "Itu yang menjadi concern kita untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat ekonomi baru," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement