Rabu 23 May 2018 14:14 WIB

Muhammadiyah: Jangan Menilai Karakter dari Pakaian

Masyarakat memang harus adil dan arif. Jangan menilai karakter hanya dari pakaian.

Rep: kiki sakinah/ Red: Muhammad Subarkah
Sosial eksperimen wanita bercadar di depan salah satu pusat perbelanjaan Kota Sukabumi mendapatkan respon positif dari warga Selasa (22/5) sore.
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Sosial eksperimen wanita bercadar di depan salah satu pusat perbelanjaan Kota Sukabumi mendapatkan respon positif dari warga Selasa (22/5) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menanggapi soal video sosial eksperimen berjudul Ada Apa Dengan Cadar (AADC) yang viral di media sosial. Ia menilai, pembuatan video tersebut dimaksudkan untuk menarik simpati publik terhadap wanita bercadar dan pria bercelana cingkrang.

"Karena selama ini, mereka memang telah menjadi korban stigmatisasi. Terutama, pasca insiden pengeboman yang terjadi di Surabaya, di mana aktor pelaku pengeboman di antaranya mengenakan cadar.''Kata Abdul Mu'ti, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Rabu (23/5).

Dalam hal ini, ia mengatakan pakaian memang cermin dari agama seseorang. Kendati demikian, perilaku keberagaman dan keber-Islaman seseorang tidak dapat dilihat semata-mata dari pakaiannya."Masyarakat memang harus adil dan arif. Jangan menilai karakter hanya dari pakaian," tegasnya Mu'ti .

Mu'ti mengatakan, stigma, prejudice (prasangka), dan stereotype terhadap wanita bercadar dan pria bercelana cingkrang muncul akibat dari narasi terorisme oleh Polisi dan diwartakan media massa. Stigma tersebut kemudian sangat sulit diubah. Walaupun dalam realitasnya, kata dia, busana pelaku teror akhir-akhir ini cenderung modist. Mereka berpakaian dan berpenampilan layaknya masyarakat biasa. Karena itu, ia mengatakan narasi terorisme dan ekspos media harus mempertimbangkan akibat negatif yang ditimbulkan.

Meski video tersebut berisi fakta. Namun, Mu'ti menilai hal itu tidak bisa menjadi ukuran sikap masyarakat terhadap wanita bercadar dan pria bercelana cingkrang. Di samping karena pengambilan gambar menurutnya dilakukan satu kali, video yang beredar nampak sudah diedit dan bukan tayangan utuh.

Sementara itu, Mu'ti juga meminta agar Muslimah yang mengenakan cadar dan Muslim yang bercelana cingkrang untuk introspeksi diri. Karena selama ini, menurutnya, mereka cenderung ekslusif baik dalam pergaulan maupun dalam beragama.

"Mereka harus berbaur dengan masyarakat luas dan menjadi bagian dari komunitas sosial yang terbuka," tambahnya.

Sebelumnya, video sosial eksperimen berjudul Ada Apa Dengan Cadar (AADC) yang dibuat Ahmad Zaki Ali viral di media sosial. Dalam video tersebut, terdapat dua orang perempuan mengenakan cadar dan satu orang lelaki mengenakan celana cingkrang dan berjanggut. Ketiganya memegang kertas bertuliskan "Peluk Saya Jika Anda Merasa Aman Dengan Keberadaan Saya".

Eksperimen tersebut memperlihatkan respons yang baik dari orang yang lalu lalang di depan mereka dan lantas memeluk mereka. Video tersebut juga mendapat tanggapan yang baik dan membuat banyak netizen terharu.

Video eksperimen ini dibuat karena mereka yang berpakaian cadar dan celana cingkrang merasa tidak nyaman, karena stigma yang menyamakan pakaian mereka dengan ciri-ciri teroris. Stigma demikian muncul setelah serangkaian insiden pengeboman yang terjadi di Surabaya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement