Kamis 10 May 2018 18:40 WIB

Agar Indonesia Sukses Kembangkan Wisata Religi

Di Turki orang non-Islam bisa berkunjung asal bukan jam shalat.

Rep: Novita Intan/ Red: Agung Sasongko
Wisata Religi
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Wisata Religi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dewan Masjid Indonesia (DMI) berencana mengembangan 10 destinasi wisata religi berbasis masjid. Langkah ini mengingat banyak masjid yang memiliki nilai sejarah dan menjadi simbol munculnya peradaban Islam di Indonesia.

Menanggapi rencana tersebut, Ketua Umum Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar mengatakan kunci utama mengembangkan wisata religi terletak pada kegiatan promosi.

 

(Lihat Infografis: Adab Travelling Ala Rasulullah)

"Wisata religi hanya butuh dipromosikan sekaligus kesiapan masjid itu," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Kamis (10/5).

Menurutnya, ada hal utama yang dilakukan para wisatawan apabila mengunjungi masjid. Di antaranya, arsistektur, sejarah dan kegiatan masjid.

"Misal di Turki ada Masjid Bullmosh, itu memang arsitektur indah, sejarahnya indah dan ada juga pasti event yang berkaitan dengan Islam. Di Singapura dan Iran juga," ucapnya.

photo
Adab traveling ala Rasulullah

Tak hanya itu, apabila pemerintah dan DMI serius mempromosikan wisata religi ini maka harus dibuat aturan yang memudahkan para wisatawan.

"Aturannya juga diperjelas, jam berapa bisa dikunjungi, lalu siapa saja yang boleh datang apakah orang Islam saja jadi terbuka. Kalau di Turki orang non-Islam bisa berkunjung asal bukan jam sembayang, disediakan juga alas kaki agar tidak mengotori," ungkapnya.

Secara umum, menurutnya, perkembangan wisata religi khususnya berbasis masjid belum cukup signifikan. Meski ada Masjid Istiqlal di Jakarta yang merupakan salah satu icon Jakarta.

"Sudah banyak yang mengunjungi masjid di Indonesia contohnya Masjid Istiqlal walaupun tidak berkembang di tempat lain, tapi kalau mau dimulai dari sekarang tidak masalah, harus dipersiapkan dengan baik terutama informasi kepada turis," jelasnya.

Kemudian, ia menyebut wisata religi tidak spesifik Islam. Di Indonesia banyak wisata religi yang dimiliki agama lainnya.

"Wisata halal spesifik Islam termasuk berbasis masjid, ada juga halal trip yang tengah dikembangka ESQ. Jadi boleh saja tidak ada larangan asal," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement