REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, mengatakan pada pekan ini, hargadaging masih stabil. Meskipun begitu, bukan berarti harga daging sapi diperkirakan tidak naik.
"Sebenarnya daging ini kalau kita lihat dari kurun waktu tiga tahun terakhir, daging itu mulai ada potensi kenaikan saat satu minggu menjelang puasa dan setelah Ramadhan itu tinggi," kata Mansuri kepada Republika, Ahad (6/5).
Melihat pergerakan pada pekan pertama bulan ini, Mansuri mengatakan harga daging sapi masih cenderung stabil belum muncul ritme kenaikan. Sampai pekan ini, kata dia, harga daging semur atau sapi murni masih dijual Rp 116 ribu perkilogram tidak ada kenaikan.
Sementara daging sapi paha belakang, menurutnya ada kenaikan namun tidak tinggi. Untuk daging sapi bagian paha belakang menurutnya, hanya naik dua ribu rupiah dari Rp120 ribu menjadi Rp 122 ribu. "Tapi kenaikan ini masih relatif aman dan wajar,tutur Mansuri."
Selain itu, Mansuri memprediksi bisa saja ada jarak cukup tinggi antara daging segar lokal dan daging beku impor. Hal itu dikarenakan konsumen daging impor potensinya sangat kecil, terlebih saat Ramadhan.
Dia menilai, konsumen menegah ke atas pada bulan puasa lebih banyak yang membeli daging segar ketimbang beku. Kalau masyarakat menengah lebih ke daging segar karena puasa itu lebih banyak orang mengkonsumsi hampir rata-rata daging segar karena memang puasa ingin menghidangkan makanan lebih fresh bisanya, "jelas Mansuri.
Terlebihmenurut Mansuri, konsumen jauh lebih khawatir mengkonsumsi daging beku meskisudah dijamin pemerintah aman. Dia mengatakan, salah satunya pertimbangan konsumen yaitu mengenai cara pemotongan daging yang halal atau tidak dan jugamengenai bakteri yang ada di daging beku.