Rabu 02 May 2018 15:07 WIB
Belajar Kitab

Membedah Kitab Ilm al-Sa'at wal Amal Biha

Buku ini terdiri atas lima bab yang detail membahas pembuatan jam.

Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kitab ilm al-Sa'at wal Amal Biha atau Buku tentang Pembuatan Jam dan Penggunaannya karya Ridwan al-Saati. Buku ini terdiri atas lima bab. Dalam bukunya, ia menuliskan segala hal yang bersangkut-paut dengan jam. Mulai dari cara pembuatan, struktur mesin, bagian-bagiannya, ukuran, hingga perawatannya.

Ini menjadi salah satu buku tentang jam mekanis paling komprehensif yang pernah dibuat ilmuwan Muslim. Gaungnya sampai ke masa peradaban berikutnya. Pada awal abad ke-20, ilmuwan Eilard Wiederman dan Fritz Hauser mendalami kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Jerman berdasarkan manuskrip tahun 1348 Masehi.

Buku ini masih disimpan di Forschungbibliothek di Gothe, Jerman, dan menjadi rujukan penting di sekolah-sekolah teknik di Eropa. Buku yang sama menjelaskan perbaikan yang dilakukan terhadap jam yang ada di Masjid Agung Umayyah. Ketika itu, jam air tersebut seolah tidak terawat setelah meninggalnya sang ayah.

Ridwan pun tergerak untuk memperbaiki serta merawatnya sehingga dapat difungsikan kembali. Ia menjadi operator dan perawat jam. Pada masanya, benda ini sangat dikagumi ilmuwan dan masyarakat karena beberapa keunikan dan keunggulan teknologi yang dimilikinya. Selain itu, mampu menunjukkan waktu secara presisi.

Oleh karena itu, jam tersebut sengaja ditempatkan di lokasi yang strategis, yakni antara istana pemerintah dan masjid yang notabene adalah pusat pemerintahan dan pusat kegiatan umat. Keistimewaan lainnya adalah kemampuannya menghubungkan kalender Hijriah, terkait perubahan musim dengan kelembaban udara.

Bahkan, bisa menerapkan sudut sinar matahari serta membagi waktu siang dan malam masing-masing 12 jam. Masyarakat kala itu dengan mudah mengetahui pergantian waktu dengan mendengarkan dentangan suara jam. Bersama seluruh kemampuan yang melekat pada jam unik itu, Ridwan sebagai operator jam mendapatkan penghargaan.

Tak hanya dari masyarakat, tapi juga pemerintah. Beragam keahlian ilmu yang dikuasainya, mengantarkan Ridwan ke dalam lingkaran istana. Dia menduduki jabatan sebagai wazir atau penasihat pada saat pemerintahan Sultan al Faiz Ibrahim, keponakan Salahudin al-Ayyubi.

Ketika tampuk pemerintahan berada di tangan Sayf al-Din Abu Bakr Ahmad, Ridwan masih tetap dipercaya memangku jabatannya sebagai wazir. Selama berada di istana, Ridwan pun bertugas memimpin para ilmuwan. Ia mengabdi pula sebagai seorang dokter istana.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement