REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit (RS) Jogja International Hospital (JIH) menjelma sebagai salah satu model rumah sakit berbasis syariah di Indonesia. Kon- sep rahmatan lil alaminmenjadi ciri khasnya, sehingga terus dipertahankan. Masyarakat luas mengetahui pelayanan rumah sakit tersebut berbasis pada Islam. Sasaran- nya adalah masyarakat luas, dari berbagai latar belakang. Semuanya sama-sama berhak untuk mendapatkan pelayanannya.
Beberapa waktu lalu, RS JIH telah memberangkatkan pegawainya ke Tanah Suci untuk melaksanakan umrah. Ini bukan yang pertama. Sebelumnya, manajemen RS JIH sudah memberangkatkan karyawannya hingga empat kali.
Direktur Utama RS JIH Dr Mulyo Hartana mengatakan, program memberangkatkan umrah pegawai itu merupakan bentuk apre- siasi, terutama kepada pegawai yang selama ini berkinerja baik. "Memberangkatkan ibadah umrah untuk karyawan sudah menjadi program rutin setiap tahun. Target RS JIH adalah memberangkatkan seluruh karyawan nya untuk melaksanakan umrah. Insya Allah, bisa," kata Mulyo kepada Republika, pekan lalu.
Wartawan Republika Wahyu Suryana berkesempatan berdialog dengan Dr Mulyo Hartana. Berikut petikannya.
Bagaimana awal mula RS JIH berdiri?
RS JIH awal mulanya didirikan pada 2007, tepatnya 31 Maret 2007, bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1428. Didirikan Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW-UII) yang mana yayasan ini mempunyai tiga pilar, yaitu pendidikan, bisnis, dan pemberdayaan umat.Fasilitas kesehatan ini tadinya didesain untuk menjadi rumah sakit pendidikan, tapi akhirnya bergeser menjadi rumah sakit bisnis dengan nama Jogja Interna tional Hospital.
Jadi, waktu itu ada tiga filosofi:JIH sebagai tempat untuk berjihad, untuk mencari kesejahteraan dunia maupun akhirat, dan sebagai tempat pemberdayaan umat. Semuanya berjalan beriringan. Alhamdulillah, hingga sekarang masyarakat luas memercayai dan memanfaatkan pelayanan kami.
Bagaimana perkembangan RS JIH?
RS JIH kemudian berkembang karena kita punya visi dan misi yang sejalan dengan filosofi itu. Yaitu, sebagai rumah sakit yang bertaraf internasional, berlandaskan syariah Islam, dan menjadi rumah sakit yang rahmatan lil alamin.Artinya, pelayanan kita tidak hanya untuk umat Islam, tapi semua pihak.
Masyarakat dari berbagai latar belakang apa pun dapat memanfaatkan pelayanan yang ada. Kami wajib melayani mereka tanpa me mandang siapa mereka sebenar nya. Jadi, betul-betul mewujudkan rahmatan lil alamin. Basis pelayanan kita adalah syariat Islam. Artinya, ini semua diwujudkan untuk menjaga kemuliaan agama dan para penganutnya.
Apa tantangan RS JIH membawa nilai- nilai Islam?
Kalau di dalam penerapan penjagaan agama kesulitannya sebetulnya tidak terlalu terlihat.Sebab, kita melayani ba nyak orang. Pelayanan kita berlandaskan nilai- nilai Islam. Ajaran Islam tidak mem beda- bedakan orang dari segi ekonomi atau apa pun, semua sama. Ini merupakan mani festasi sifat ar-Rahman (yang maha penga sih).Siapa pun mendapatkan nikmat Allah.Kita tentu memberikan potensi ter baik kepada siapa pun demi kemaslahatan umat.Jadi, tidak ada sulitnya, tinggal teman- teman yang melayani diberi landasan untuk bertindak berdasarkan syariah. Oleh karena itu, terus timbul filosofi itu tadi, JIH sebagai tempat ibadah, mencari kesejahteraan, dan tempat jihad.
Nilai apa saja yang ditanamkan?
Terus, kita membuat sesuatu yang nama nya mengumpulkan nilai-nilai. Ada 80- an nilai-nilai yang sudah kita kenali, yang 80 itu ternyata bermuara kepada nilai inti yang lima. Amanah, melayani, pro fesional, unggul, dan dilakukan dengan harmoni. Sebab, kita tahu kita tidak melayani umat Islam, tapi semuanya dan harmoni antara dokter dengan perawat dan seterus nya penting. Ini sebetulnya bersumber kepada tadi amanah dan melayani dan itu sudah kita turunkan sampai sekarang.
Ini yang sekarang terus kita ko munikasikan lagi, nilai-nilai ini kita tanamkan di dalam pelayanan, di dalam perilaku sehari-hari. Nanti, kadang-kadang kita perlu waktu untuk menjadikannya budaya dan kadang-kadang tidak mudah untuk dijalankan.Tapi, kita jalankan terus akan menjadi kebiasaan, kebutuhan, dan menagih jika tidak dijalankan.
Bagaimana RS JIH mengembangkan kon sep rahmatan lil alaminagar dipahami masyarakat luas?
Kebetulan, kita di wilayah kedokteran kanada sumpah-sumpah pelayanan, kita ti dak akan membedakan pasien atau apa pun dari agama suku budaya dan sebagaimanya. Itu sebenarnya sudah klop sudah sejalan.
Kemudian, pelayanan itu diberikan kepada siapa pun yang dilayani dalam bingkai syar'i, dijalankan menurut keyakinan kita yang universal. Saya pikir, itu mengglobal ya dan akan diterima siapa pun. Ini sudah terbukti berdasarkan pengalaman kita mengelola rumah sakit.
Misalnya, pelayanan untuk pasien laki- laki untuk pemasangan alat-alat tertentu yang sensitif dilakukan laki-laki. Pelayanan untuk wanita dilakukan wanita. Dan, ini kadang dalam keperawatan memang sulit karena produksi perawat laki-laki kurang.
Kemudian, tindakan-tindakan tertentu yang memang harus dilakukan wanita, misalnya, dulu radiologi manografi (pemeriksaan bagian payudara), misalnya, dilakukan radiolog laki-laki. Tapi, karena kita berdasarkan syariat, kita cari radiolog wanita dan itu tidak mudah.
Contoh lain, kebidanan, itu bergeser dan semua pelayanan kebinanan sudah ke wanita, kecuali pelayanan yang sifatnya kandungan, kadang-kadang masih dilakukan dokter laki-laki. Dan, di dalam pelayanan harus didampingi keluarga.
Gizi, diet, kita lakukan secara halal, ser tifikasi halal. Setiap kali tindakan itu kita lakukan dengan basmalah, apa pun tindakannya. Pasien diharapkan juga berdoa, kalaupun bukan agama Islam, kita selalu anjurkan untuk berdoa sesuai ajaran masing-masing. Doa adalah wujud keseriusan kita memohon kepada Sang Pencipta, pemberi kesembuhan. Upaya medis hanyalah salah satu jalan menuju kesembuhan, selebihnya adalah kuasa Ilahi.
Operasi, kita penjadwalan operasi efektif, misalnya, harus tidak menabrak waktu shalat. Kelihatan sepele, tapi itu banyak sekali yang harus ditaati untuk menjaga.
Seperti apa respons pasien terhadap nilai-nilai yang dibawa RS JIH?
Nilai-nilai itu memang tidak secara eksplisit kita tampilkan. Misalnya, tulisan- tulisan, simbol-simbol itu tidak kita tampilkan secara eksplisit. Tapi, semua itu diwujudkan dalam pelayanan. Alham dulillah, semuanya menerima dan mengapresiasi kami. Kebersihan adalah nilai Islam. Jangan sampai, zaman dulu ada kesan kalau rumah sakit Islam itu kotor. Tidak, kita akan tunjukkan rumah sakit Islam bersih.