Sabtu 28 Apr 2018 05:52 WIB

Selaraskan Ketakwaan dan Hubungan Sosial

Kedunyajadi kunci utama untuk mewujudkan kehidupan harmonis, damai, aman, dan tentram

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Gubernur Jawa Timur Soekarwo
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Gubernur Jawa Timur Soekarwo

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengajak umat untuk menyelaraskan antara ketakwaan terhadap Allah SWT dan hubungan sosial dengan sesama umat manusia. Itu tak lain karena keduanya dianggap menjadi kunci utama untuk mewujudkan kehidupan harmonis, damai, aman, dan tentram. Baik untuk masing-masing pribadi, bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.

"Kehidupan seperti itulah yang dibutuhkan pemerintah agar pembangunan berjalan lancar. Tidak mungkin proses pembangunan berjalan optimal apabila suasana masyarakatnya gaduh dan penuh kebencian. Karena itu, mari selaraskan ketakwaan dan hubungan sosial kita," kata Soekarwo di Surabaya, Jumat (27/4).

Pria yang akrab disapa Pakde Karwo berpendapat, ketakwaan dan hubungan sosial menjadi bagian tidak terpisahkan. Menurutnya, kedekatan dengan Allah SWT harus berbanding lurus dengan kehidupan sosial dengan sesama manusia.

Gubernur kelahiran Madiun ini mencontohkan, manusia yang dekat dengan Allah SWT dan baik hubungan sosialnya akan merasakan kedamaian dalam hidupnya. Secara sosial, dia senang bersilaturahim, dan silaturahim ini akan membuahkan pikiran-pikiran positif. Sehingga memiliki hubungan yang positif dengan sesamanya.

 

"Selain menambah teman, Allah SWT akan menambah rejeki, dan kesehatan atas silaturahim tersebut. Lewat rejeki dan kesehatan itu, manusia bersyukur dan semakin dekat denganNya. Jadi jika dekat dengan Allah SWT kita menjadi tenang dan damai, implementasinya dalam kehidupan sehari-hari adalah dekat dengan sesama dan lingkungannya," ujar Soekarwo 

Pakde Karwo juga mengajak seluruh anggota Forum Kordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk menumpas penyakit sosial ditengah masyarakat yang kian meresahkan. Salah satunya masih maraknya mabuk-mabukan dengan miras oplosan hingga menelan korban jiwa.

"Ini sangat miris, saya baca, di Pacar Keling ada tiga orang nggeblak, kemudian bertambah lagi tiga yang nggeblak. Kemudian di provinsi lain ada 51 orang yang tumbang karena oplosan. Ini tugas kita untuk menyembuhkan penyakit sosial," kata Pakde Karwo.

Kasus miras oplosan ini, lanjutnya, merupakan anomali. Saat pemerintah dan seluruh pihak berusaha untuk memperkuat agama dan sosial ditengah masyarakat, namun disisi lain penyakit sosial juga masih terjadi. Karena itu, Pakde Karwo meminta peran orang tua, dan Forkopimda lebih ditingkatkan lagi untuk mengatasi penyakit ini.

"Mari kita bersinergi, untuk menumpas penyakit sosial ini. Bagaimana baiknya, dan langkah-langkahnya. Apakah para penjual dan pemilik pabrik oplosan itu bisa diberikan pencerahan untuk tidak mengulang lagi perbuatannya, karena korbannya sudah banyak. Saya yakin jika ulama dan umaroh kompak, jalan itu pasti ada," kata Soekarwo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement