Rabu 18 Apr 2018 14:45 WIB

Kelompok Kajian di Masa Kejayaan Islam

Kelompok kajian ini, biasanya dikelola oleh cendekiawan.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak tempat untuk menuai ilmu. Tak hanya di lembaga pendidikan resmi. Namun, di dunia Islam, pusat-pusat ilmu juga tergelar di sebuah toko maupun kelompok kajian. Para cendekiawan pun tak ketinggalan memicu meluasnya penyebaran ilmu.

Hal ini mereka lakukan dengan membentuk sebuah kelompok atau klub kajian ilmu. Kelompok kajian ini, biasanya dikelola oleh cendekiawan yang menguasai bidang kedokteran, filsafat, dan ilmu kalam atau teologi serta sastra.

Sejumlah istilah disematkan pada kelompok kajian itu. Cendekiawan di bidang kedokteran menyebutnya majlis amm atau majelis umum. Mereka mengartikannya sebagai tempat belajar sejumlah murid. Ada kelompok yang disebut majlis khash untuk mereka yang berilmu lebih tinggi.

Cendekiawan di bidang lainnya menyebutnya sebagai klub atau kelompok kajian humaniora. Biasanya, kelompok kajian ini dibentuk di rumah para cendekiawan. Pendiri kelompok kajian yang pertama adalah para dokter dan ahli sastra.

Kelompok kajian yang cukup terkenal didirikan seorang dokter, Yuhana Ibnu Masawayh, pada abad ke-8. Seorang cendekiawan, Yusuf Ibnu Ibrahim, mengungkapkan, di antara sejumlah kelompok kajian di Baghdad, kelompok kajian Yuhana Ibnu Masawayh merupakan yang paling maju.

Menurut Ibrahim, Masawayh lahir sekitar 776 Masehi di Jundisyapur, tempat sekolah kedokteran tertua didirikan. Masawayh datang ke Baghdad bersama ayahnya, lalu menjadi dokter yang sangat dikenal di kota tersebut.

Beberapa karya Masawayh telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Selain itu, ada pula kelompok kajian sastra.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement