Selasa 17 Apr 2018 16:31 WIB

Kekuatan Uni Eropa Dinilai Mampu Selesaikan Konflik Suriah

para pemimpin di Uni Eropa sebagai kekuatan lain yang tidak berada di blok Rusia-AS.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: Letnan john Matthew Daniels / Angkatan Laut AS melalui AP
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menyampaikan, PP Muhammadiyah mengecam serangan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis ke Suriah. Menurutnya untuk menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di Suriah perlu ada peran dari Uni Eropa.

"Saya kira Uni Eropa perlu mengangkat persoalan ini (konflik Suriah) terkait dengan keterlibatan Prancis sebagai anggota Uni Eropa," kata Mu'ti kepada i di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (17/4).

Menurutnya, para pemimpin di Uni Eropa sebagai kekuatan lain yang tidak berada di blok Rusia dan AS, bisa mengambil peran untuk membuat solusi damai. Solusi damai dari mereka bisa diupayakan melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bisa juga melalui forum yang lain. Tapi yang paling mungkin melalui PBB.

"Uni Eropa dengan kekuatannya bisa mendesak PBB untuk sekali lagi melakukan sidang darurat, dan memaksa semua pihak yang bertikai melakukan gencatan senjata," ujarnya.

Menurutnya, dengan kekuatan Uni Eropa mereka bisa mendesak untuk menghentikan semua aksi kekerasan di Suriah. Sebab aksi kekerasan hanya akan menyengsarakan rakyat yang tidak berdosa.

Ia menyampaikan, kalau serangan AS ke Suriah dibalas oleh Rusia, maka Suriah akan menjadi ladang pertempuran. Suriah akan menjadi battleground atau battlefield dari kekuatan-kekuatan dunia hingga akhirnya Suriah hancur dan musnah.

Mu'ti mengatakan, motif dan alasan yang dipakai AS menyerang Suriah sama dengan yang dulu pernah mereka lakukan ketika menyerang Irak. AS menyerang Saddam Hussein dengan mengatakan Saddam telah melakukan invasi ke Kuwait. Padahal serangan Saddam ke Kuwait juga terjadi karena provokasi AS.

"Kalau cara-cara militer tidak dihentikan, maka yang terjadi Suriah akan menjadi ladang pertempuran antara Rusia dan AS beserta sekutunya, konflik akan menjadi lebih serius kalau negara lain ikut terlibat," jelasnya.

Mu'ti juga menyampaikan, PP Muhammadiyah akan menyampaikan pernyataan sikapnya terkait konflik yang terjadi di Suriah ke Pemerintah Indonesia. Mudah-mudahan dapat menjadi perhatian Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Luar Negeri RI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement