Jumat 06 Apr 2018 18:49 WIB

Perilaku Konsumsi Miras Oplosan, Ini Kata Ustaz Tengku

Orang yang meminum miras oplosan disebabkan karena mereka ingin bergaya.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Agus Yulianto
Barang bukti miras oplosan yang diduga menyebabkan tujuh pemuda tewas seusai pesta miras oplosan. Kamis (4/5).
Foto: Republika/Fergi Nadira
Barang bukti miras oplosan yang diduga menyebabkan tujuh pemuda tewas seusai pesta miras oplosan. Kamis (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya miras oplosan di Indonesia belakangan cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan terakhir Polda Metro Jaya, sudah ada 24 orang tewas akibat meminum miras oplosan. Angka tersebut hanya dari wilayah Jakarta dan sekitarnya saja.

Banyak analisis mengapa miras oplosan tersebut marah beredar di masyarakat. Antara lain adalah menilai para peminum miras oplosan adalah masyarakat kecil yang ingin mendapat pengakuan. Ada pula analisis yang menilai peristiwa tersebut terjadi karena masyarakat mengalami depresi.

Namun, menurut Ustaz Tengku Maulana, berdasarkan psikologi agama, para peminum miras oplosan tersebut jelas jauh dari karakter orang beragama Islam. Sebab, di dalam agama Islam sudah jelas minuman yang memabukkan dan sengaja diminum adalah haram.

Ustaz Tengku menegaskan, para peminum tersebut tidak paham akan ajaran agama. "Kan kalau dalam agama itu sudah jelas apapun yang memabukkan sengaja diminum itu menjadi haram, khamr. Jadi tidak cuma fenomena depresi, tapi lebih dominan itu lebih merupakan jauhnya dari pemahaman agama," kata Ustaz Tengku, ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (6/4).

Ustaz asal Bandung ini menilai, sebenarnya orang-orang tersebut paham akan haram atau tidaknya sesuatu. Namun, mereka tidak memahami bahaya miras, terlebih lagi yang oplosan. Tidak hanya mengganggu kesadaran, minuman tersebut juga dapat merusak tubuh.

Ia juga menilai, banyaknya orang yang meminum miras oplosan disebabkan karena mereka ingin bergaya. Orang-orang tersebut berada di dalam pergaulan yang tidak terarah. "Apalagi pelaku itu semuanya lebih kepada gengsi-gengsian, jago-jagoan, keren-kerenanlah," tambah dia.

Terkait hal tersebut, satu pihak yang berusaha memberantas peredaran miras oplosan di masyarakat tidaklah cukup. Ustaz Tengku mengatakan, perlunya pembinaan dari berbagai macam pihak. Mulai dari pihak keluarga, hingga lingkungan sosial di sekitar orang-orang yang memiliki kecenderungan mengkonsumsi miras oplosan.

"Pada akhirnya apa yang harus kita lakukan ya penyadaran, kepada orang tua wajib melakukan tugasnya kepada anak-anak, membina, menyadarkan. RT dan RW juga harus terlibat, masyarakat terlibat, kita menciptakan suasana dimana masyarakat lebih paham lagi khamr, oplosan, dan sebagainya itu secara agama haram, apalagi akibatnya secara logis akan membuat tubuh rusak," kata Ustaz Tengku menjelaskan.

Dia pun mengatakan, ulama memiliki peran penting dalam menjaga masyarakat dari meminum miras oplosan. Kata dia, ulama sebaiknya menggencarkan pengetahuan tentang bahaya minuman serupa serta dampaknya bagi kesehatan tubuh.

"Di sini juga para ulama harus benar-benar bertanggung jawab untuk kembali mensyiarkan ajaran agama, di dalamnya kan ada penekanan-penekanan, penejalsan-penjelasan, tentang bahayanya khamr, tentang hukum khamr, ini kan umat Islam selama ini bukannya tidak tahu, dia tahu itu haram, cuma karena informasi yang kurang intens," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement