Selasa 27 Mar 2018 21:56 WIB

Imam Maliki, Mau dan tak Malu Dikritik

Pengendalian diri dan kesabaran Imam Maliki membuat ia ternama.

Imam Maliki (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Imam Maliki (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ciri pengajaran Imam Maliki adalah disiplin, ketentraman, dan rasa hormat murid kepada gurunya. Prinsip ini dijunjung tinggi olehnya sehingga tak segan-segan ia menegur keras murid-muridnya yang melanggar prinsip tersebut. Pernah suatu kali, Khalifah Al-Mansur membahas sebuah hadis dengan nada agak keras. Sang imam marah dan berkata, ''Jangan melengking bila sedang membahas hadis Nabi.''

Pengendalian diri dan kesabaran Imam Maliki membuat ia ternama di seantero dunia Islam. Pernah semua orang panik dan lari ketika segerombolan Kharijis bersenjatakan pedang memasuki Masjid Kufah. Tetapi, Imam Maliki yang sedang shalat tanpa cemas tidak beranjak dari tempatnya.

Mencium tangan khalifah apabila menghadap di istana sudah menjadi adat kebiasaan di masa itu. Namun, Imam Maliki tidak pernah tunduk pada penghinaan seperti itu. Sebaliknya, ia sangat hormat pada para cendekiawan sehingga pernah ia menawarkan tempat duduknya sendiri kepada Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) yang mengunjunginya.

Demikianlah Imam Maliki dengan kebesaran jiwanya adalah sosok ulama dan intelektual yang mau dikritik dan tidak malu dikritik. Beliau juga tidak malu untuk mengatakan tidak tahu terhadap persoalan yang diajukan pada dirinya jika memang ia tidak tahu. Imam Maliki wafat pada tahun 179 H ketika berumur 86 tahun. Beliau meninggalkan tiga orang putra dan seorang putri.

Kemuliaan dan kecerdasan Imam Maliki banyak dikagumi ulama lainnya. Imam Syafi'i pernah berkata, ''Imam Maliki adalah pendidik dan guruku. Darinya, kita mempelajari ilmu pengetahuan. Tidak seorang pun yang jujur dan benar bagiku selain Imam Maliki. Aku menjadikan beliau sebagai saksi antara aku dan Allah.''

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement