Ahad 25 Mar 2018 20:12 WIB

Islam di Kongo: Negeri yang Diwarnai Perang Saudara

Penduduk RDC lebih dari 60 juta jiwa yang berasal dari 200 etnik

Bendera Republik Kongo
Foto: congorepublic
Bendera Republik Kongo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Semula, Republic Democratic Congo (RDC) bernama Zaire, Congo Free State, Belgian Congo, Congo/Leopoldville, atau Congo/Kinshasa. Wilayahnya yang seluas 2.345.410 km persegi beriklim tropis, panas, kering di sebelah utara, dan dingin di daerah selatan (pegunungan). Letaknya berbatasan dengan banyak negara, seperti Angola, Burundi, Rwanda, Republik Afrika Tengah, Republik Congo, Sudan, Tanzania, Uganda, dan Zambia.

Penduduk RDC lebih dari 60 juta jiwa yang berasal dari 200 etnik, terbesar suku Bantu yang terbagi dalam subsuku Mongo, Luba, Kongo, dan Mangbetu-Azande. Mayoritas menganut agama Katholik, Protestan, Kimbanguist, dan minoritas Islam. Bahasa nasional mereka adalah Prancis, di samping ada bahasa lokal Lingala, Kiswahili, Kikongo, dan Tshiluba.

RDC terbagi dalam sepuluh provinsi dengan Ibu Kota Kinshasha. Negeri ini memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada 30 Juni 1960. Setelah merdeka, Joseph Kasavubu diangkat sebagai presiden dan Patrice-Emery Lumumba sebagai perdana menteri. Krisis politik terjadi, Lumumba pun disingkirkan. Pada 1964, Morse Tshombe diangkat sebagai perdana menteri. Ia pula yang memenangkan pemilu pada 1965, namun dikudeta oleh Letnan Jenderal Mobutu Sese Seko. Mobutu lalu mendeklarasikan diri sebagai presiden.

Di masa pemerintahan Mobutu, nama Congo-Leopoldville diubah menjadi Republic of Zaire. Pada 1996, meletus perang saudara. Laurent-Disire Kabila yang memimpin pemberontakan menguasai Zaire pada 1997 dan mengubah nama Republic of Zaire menjadi Democratic Republic of The Congo. Seperti era sebelumnya, pemberontakan masih terjadi di masa pemerintahan Laurent Kabila sehinggga mengundang pasukan penjaga perdamaian. Gencatan senjata mengakhiri perang saudara di RDC.

Januari 2001, Laurent Kabila dibunuh oleh pengawalnya. Ia digantikan oleh putranya, Joseph Kabila. Pada pemerintahan Joseph Kabila, perdamaian mulai dirasakan karena adanya pembagian kekuasaan dan perdamaian dengan negara-negara tetangga, yaitu Rwanda, Burundi, dan Uganda. Begitulah, perang saudara menyertai perjalanan sejarah negeri ini.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement