Rabu 21 Mar 2018 16:56 WIB

Kebangkitan Seni Tulis Islam Ketika Masa Rasulullah

Tulisan Arab baru mendapat perhatian istimewa ketika Nabi SAW menerima wahyu.

Rasullullah
Foto: wikipedia
Rasullullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski karya kaligrafi identik dengan tulisan Arab, kata kaligrafi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani (kalios: indah dan graphia: tulisan). Sementara itu, bahasa Arab mengistilahkannya dengan khatt (tulisan atau garis) yang ditujukan pada tulisan yang indah (al-kitabah al-jamilah atau al-khatt al-jamil).

Dibandingkan jenis tulisan lain, huruf Arab memiliki karakter huruf yang lentur dan artistik sehingga menjadi bahan yang sangat kaya untuk penulisan kaligrafi. Selain memiliki karakter yang unik, pada hakikatnya seni tulisan Arab bukan sekadar representasi sisi artistik budaya Arab-Islam, tetapi juga gabungan keindahan, abstraksi, kreativitas, serta pesan moral yang dikandungnya. Setiap garis, spasi, dan alur tulisan memiliki ciri khas dan falsafah sendiri.

Sifat unik huruf Arab ini baru tereksplorasi dengan baik di tangan kaum Muslim. Karena, pada masa sebelum datangnya Islam, orang Arab tidak memiliki seni tulis seperti yang dikembangkan oleh orang Arab Muslim. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kerajaan Arab kuno, seperti Nabatea, Hira, dan kerajaan lain di Yaman, menggunakan huruf ini dalam bentuk arkais (corak kuno). Bentuk tulisan Arab corak kuno ini bisa kita lihat pada sejumlah inskripsi Nabatea, seperti tulisan pada makam penyair Imru al-Qays.

Ketika Nabi SAW lahir, tulisan Arab telah digunakan secara luas di Makkah, bahkan oleh para penyair Makkah. Salah satu contohnya adalah kumpulan syair terkenal, al-Muallaqat as-Sab'ah (tujuh yang tergantung), yang dipasang di dinding Ka'bah dengan menggunakan huruf Arab.

Tulisan Arab baru mendapat perhatian istimewa ketika Nabi SAW menerima wahyu. Para sahabat Nabi SAW berlomba-lomba menuliskan wahyu dalam berbagai media, misalnya di pelepah kurma, kulit binatang, dan lainnya. Kumpulan tulisan inilah yang kemudian menjadi Alquran.

Memang, sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab kurang terbiasa membaca dan menulis. Mereka lebih menyukai tradisi menghafal. Syair-syair, nama-nama silsilah, transaksi, atau perjanjian disampaikan dari mulut ke mulut tanpa dicatat. Hanya sedikit kalangan tertentu, seperti kalangan bangsawan Arab, yang menguasai keterampilan membaca.

Kebangkitan minat tulis baca kaum Muslim baru terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah. Ketika itu, Rasulullah SAW mewajibkan masing-masing tawanan Perang Badr yang tidak mampu memberikan tebusan untuk mengajari sepuluh pemuda Madinah membaca dan menulis. Kemudian, Rasulullah SAW memerintahkan para pemuda itu untuk mengajarkan pengetahuan mereka kepada kawan-kawan dan saudara-saudaranya sehingga dalam waktu relatif singkat pengetahuan tulis baca menyebar ke Madinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement