Selasa 27 Feb 2018 11:53 WIB

Liga Muslim Dunia Serukan Hormati Keragaman Budaya dan Agama

Konflik global dipicu adanya intoleransi

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Toleransi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Toleransi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Liga Muslim Dunia (MWL) menyerukan pentingnya menghormati keragaman budaya dan agama untuk menjamin perdamaian di dunia. Dalam sebuah konferensi para pemimpin agama dan budaya di Wina pada Senin (26/2), para tokoh agama menyatakan bahwa intoleransi terhadap orang lain dan pemikiran yang salah yang tidak percaya pada keragaman atau kebebasan merupakan penyebab munculnya konflik global.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Pusat Raja Abdullah bin Abdul Aziz untuk Dialog Antaragama dan Antarbudaya. Berbicara pada sesi pembukaan konferensi tersebut, sekretaris jenderal Liga Muslim Dunia (MWL), Mohammed bin Abdul Karim Al-Issa, mengatakan bahwa konflik agama dan budaya disebabkan oleh pemikiran salah yang tidak percaya dalam cara keragaman atau pilihan hak dari Sang Pencipta.

"Nilai keadilan dan etika tidak tunduk pada teori atau konteks tertentu dan mereka memiliki banyak faktor yang sama. Dalam konteks keragaman kita sekarang, kita menyerukan untuk melestarikan nilai-nilai kemanusiaan bersama kita, yang tidak mencerminkan karakteristik keagamaan, intelektual dan budaya tertentu," kata Al-Issa, dilansir dari Arab News, Selasa (27/2).

Ia mengatakan, asal-usul agama tidak ada hubungannya dengan perang dan penganiayaan yang tidak adil yang dilakukan atas nama agama, yang telah menghambat perjalanan pengetahuan dan pencerahan di Timur dan Barat. Menurutnya, Islam (ia berbicara atas nama orang-orang Muslim di Liga Muslim) mempertahankan martabat manusia, menjamin kebebasan mereka dalam memilih, dan mengarahkan mereka pada moralitas. Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa dirinya tidak berasumsi bahwa semua orang harus mengikuti satu agama, ideologi atau filsafat. Namun, kata dia, Islam mengajarkan bahwa itu tidak mungkin, dan logika menegaskan hal tersebut.

"Kami menyerukan pelestarian nilai-nilai kemanusiaan bersama yang tidak hanya mengartikulasikan properti agama atau intelektual atau budaya. Sebaliknya, ini mengekspresikan kemanusiaan kita," tambahnya.

Al-Issa mengakhiri pidatonya dengan mengatakan bahwa hanya 10 persen dari prinsip umum manusia yang cukup untuk membawa perdamaian dan harmoni di dunia. Ia kemudian mengatakan bahwa pihaknya telah menemukan pujian internasional untuk Pusat Perdamaian Global Raja Salman dalam konferensi tersebut. Yang mana, konferensi mencakup pengikut tingkat tinggi dari berbagai agama dan budaya dan sejumlah intelektual terkemuka, politisi dan media.

Para peserta lantas mencatat pentingnya menyusun kriteria perdamaian melalui moderasi. Di antara peserta terdapat Sheikh Dr. Saleh bin Abdullah bin Humaid, yang merupakan imam Masjidil Haram. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement