Selasa 27 Feb 2018 10:45 WIB

Berwiraswasta Dipandang Muslia dalam Islam

Ada banyak pintu rezeki.

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tiap-tiap anak Adam mendapatkannya dari pintu dan tentunya, cara yang berbeda-beda. Di antara jalan memperoleh rezeki ialah dengan cara berwiraswasta. Ragamnya pun bervariasi. Mulai dari berdagang hingga bercocok tanam, atau bertani misalnya. Berwiraswasta pun dalam agama Islam dipandang amat mulia. Jauh lebih ber harga ketimbang berpangku tangan atau bahkan memintaminta. 

Suatu saat, seperti yang dikisahkan dalam riwayat Abu Dawud, seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW dan me minta uang atau makan an. Beliau lantas mene gurnya dan mengatakan, “Apakah di rumahmu, tidak ada apapun?”. Lelaki itu menjawab, “Ada, hanya sejumlah pakaian yang dipakai secara bergantian dan wadah air.” Rasulullah pun meminta agar barang-barang ter sebut dibawa ke hadapannya. 

Permintaan itu pun dika bulkan oleh lelaki ter sebut. Rasulullah lantas mengambilnya untuk dijual. “Siapa yang hendak membeli dua barang ini?” ucap Rasulullah me nawarkan barang. Seorang sahabat menawarnya dengan sa tu dirham. “Siapa yang mem beli dua dirham?” kata Rasulullah. Sahabat lainnya berani menawar dua dirham. 

Kemudian, dua dirham itu diberikan ke pada pemiliki barang. Rasulullah mengatakan agar satu dirham dibelikan makanan untuk keluarganya. Sedangkan sisanya dibelikan karung. Perintah itu pun dilaksanakan. Rasulullah sendiri mengikat pemotong tersebut dengan sebuah tongkat dan menyuruhnya pergi mencari kayu untuk dijual. “Janganmendatangiku hingga 15 hari,” kata Rasulullah. 

Semua arahan Rasulullah dilaksanakan. Lalu, ia mendatangi Rasulullah dengan me ngantongi 10 dirham dari jerih payahnya. Dari penghasilan itu, ia membeli baju dan ma kan an buat keluarganya.

Rasulullah bersabda, “Hal ini jauh lebih baik bagimu daripada mendatangkan masalah sebagai tanda di wajahmu kelak di hari kiamat. Sesungguhnya, masalah hanya pantas bagi tiga (golongan): miskin sangat, terlilit utang, dan terserang penyakit menahun.” 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement