REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Muslimin Bhutan hidup sebagai minoritas, tapi mereka dapat menjalankan ibadah dengan baik. Terdapat sebuah masjid yang menaungi mereka menjadi tempat ibadah dan sebagai sarana berkumpul.
Adapun fasilitas Muslim lain, seperti sekolah ataupun organisasi, tak jelas dikabarkan. Dalam hal pangan halal pun tak ada yang dapat mengonfirmasi kehalalannya. Badan sertifikasi halal pun tak jelas apakah dimiliki Muslimin setempat.
Tapi, hal tersebut bukanlah masalah. Mengingat sebagai negara yang mayo ritas Buddha, Buthan memang memiliki lebih banyak ragam pangan vegetarian.
Dengannya, Muslimin pun tak kesulitan dalam menemukan pangan halal. Bahkan, menurut tour Muslim crescent rating, Bhutan memiliki banyak sekali ragam pangan vegetarian yang terkenal lezat.
Hingga kini, Muslimin Bhutan masih mencari hak kebebasan beragama. Kendati jumlah mereka sedikit, mereka ada dan beraktivitas seperti Muslimin lain yang hidup di negara minoritas Islam. Keinginan mendapat hak kebebasan beragama pun makin menghasilkan titik terang dengan adanya komitmen kerajaan untuk menerapkan demokrasi.
Tapi, media Barat yang mencitrakan Islam dengan buruk pun tak luput didengar masyarakat Bhutan. Akibatnya, masyara kat terbawa pemahaman Islam ala Barat yang melekatkan Muslimin dengan terorisme.
Media banyak menghasut masyarakat dunia, termasuk Bhutan. Kendati demikian, masyarakat Bhutan tak pernah terlibat bentrok dengan Muslimin. Antarumat beragama, hidup harmonis menjalin kerukunan dan toleransi.