REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) menggelar kegiatan Dzikir Kebangsaan dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) untuk pertama kalinya di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur sejak Rabu (21/2). Kegiatan yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo ini telah ditutup pada Kamis (22/2) malam dan menghasilkan beberapa rekomendasi.
Dalam kegiatan yang mengkat tema "Memperkokoh komitmen Islam kebangsaan menuju orde nasional" ini, juga digelar kegiatan seminar dan dialog yang diikuti oleh kiai-kiai dari pesantren se-Nusantara.
Sekjen Pengurus Besar MDHW, Hery Haryanto Azumi memaparkan setidaknya ada enam rekomendasi yang dihasilkan. Pertama, yaitu para kiai dalam majelis ini menegaskan kepada berbagai pihak bahwa Islam dan kebangsaan tidak tidak bertentangan.
Menurut Hery, sejarah mencatat kombinasi Islam dan kebangsaan menjadi kekuatan fundamental dalam upaya melawan kolonialisme. "Islam dan kebangsaan justru memperkokoh persaudaraan sebangsa (ukhuwah wathoniyah) dan semangat cinta tanah air (hubbul wathon) dalam memproteksi keutuhan NKRI," ujar Hery kepada Republika.co.id dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/2).
Rekomendasi kedua, yaitu sinergi ulama dan umara' harus terus ditingkatkan. Karena, menurut dia, keduanya mempunyai domain strategis dalam upaya membangun bangsa. Jika umara' memiliki tanggung jawab mewujudkan kesejahteraan umat, maka para ulama bertanggung jawab membangun moralitas umat.
Ketiga, lanjut dia, kaum Islamis dan nasionalis harus bersatu membangun bangsa. Karena membangun bangsa bukan hanya tanggung jawab satu pihak, namun diperlukan sinergi antar-seluruh elemen bangsa. Keempat, kesenjangan antara kaya dan miskin harus dipersempit.
"Karena itu, MDHW mendorong terwujudnya kesejahteraan yang merata melalui gerakan pemberdayaan ekonomi umat," ucapnya.
Rekomendasi kelima, yaitu ulama harus bersatu apapun aliran dan kelompoknya. Menurut Hery, para ulama harus memiliki orientasi kebangsaan yang kuat. Karena ulama adalah ujung tombak persatuan umat.
Rekomendasi terakhir, yaitu pendidikan pesantren harus mendapat perhatian yang sama dengan pendidikan umum lainnya. Karena itu, MDHW mendorong kepada pemerintah untuk mangalokasikan dana khusus untuk pengembagan kualitas pendidikan pesantern.
"Karena pesanteran adalah tempat bersemai dan tumbuhnya pendidikan kerakter bangsa sejak dini," kata Hery.