Kamis 22 Feb 2018 07:01 WIB

Majid Mandalika Terinspirasi Arsitektur Masjid Kuno Bayan

Kapasitas masjid diperkirakan dapat menampung 1.000 jamaah.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Direktur Konstruksi dan Operasional PT ITDC Ngurah Wirawan meninjau pembangunan Masjid Mandalika, Selasa (25/7). Rencananya masjid ini akan diresmikan Presiden Jokowi pada Agustus mendatang.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Direktur Konstruksi dan Operasional PT ITDC Ngurah Wirawan meninjau pembangunan Masjid Mandalika, Selasa (25/7). Rencananya masjid ini akan diresmikan Presiden Jokowi pada Agustus mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Masjid Nurul Bilad yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi prioritas utama dibanding pembangunan hotel dan resort.

Masjid seluas 8 hektare ini telah beroperasi sejak 20 Oktober 2017. Nantinya, masjid yang memiliki arti cahaya bangsa-bangsa ini akan menjadi pintu utama keluar-masuk wisatawan yang hendak berkunjung ke KEK Mandalika.

Dosen Fakultas Seni Rupa Desain, Institut Teknologi Nasional Bandung Taufan Hidjaz mengatakan, tidak aneh jika ITDC selalu pengelola KEK Mandalika mendahulukan pembangunan masjid jika menilik kultur masyarakat Lombok.

Putra Sasak yang meneliti tentang masjid-masjid di Lombok ini menilai, pembangunan masjid menjadi sebuah prioritas. "Nah (Masjid Nurul Bilad) juga sama, sebelum jadi hotel-hotel dan hunian resort, dibangun masjid dulu sebagai orientasi," ujar Taufan di Islamic Center NTB, Rabu (21/2).

Yang menarik, bentuk arsitektur Masjid Nurul Bilad terinspirasi dari gaya masjid kuno Bayan di Lombok Utara. Menurut Taufan, Masjid Kuno Bayan yang berdiri pada sekitar abad 12 menjadi masjid pertama yang berdiri di Lombok. Taufan menyebutkan, Masjid Kuno Bayan dibangun oleh Sunan Prapen dari Gresik, Jawa Timur, yang menyebarkan Islam di tanah Lombok.

"Setelah itu mulai menyebar ke daerah-daerah lain yang ada di Lombok," lanjut Taufan.

Berbeda dengan model masjid di wilayah bagian tengah, barat, dan timur Pulau Lombok yang menonjolkan kubah dengan ukuran besar, gaya arsitektur masjid-masjid di wilayah utara Lombok cenderung beratapkan model limasan. Hal ini tak lepas dari pengaruh arsitektur Masjid Kuno Bayan.

Hal serupa, kata Taufan, menjadi inspirasi bagi Masjid Nurul Bilad dengan menonjolkan atap masjid berbentuk limasan yang merujuk disain Masjid Kuno Bayan.

Sebelumnya, Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer mengatakan ITDC memprioritaskan pembangunan Masjid Mandalika sebagai hal yang utama dibanding infrastruktur lain di kawasan seluas 1.200 hektare tersebut. Abdulbar menyampaikan, keberadaan bangunan ibadah merupakan hal yang paling prinsipil bagi warga Lombok.

Abdulbar mencoba meneladani sikap Rasulullah Muhammad SAW yang membangun masjid dalam setiap kunjungannya ke suatu wilayah. Menurutnya, dalam setiap pembangunan infrastuktur, dia katakan, perlu meniru apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

"Saya berusaha ambil contoh waktu junjungan Nabi Muhammad SAW saat kunjungi suatu kawasan, yang pertama dibangun ialah masjid," ujar Abdulbar.

Menurut Abdulbar, nilai-nilai keagamaan sangat erat dengan kehidupan masyarakat Lombok. Tergambar juga dengan adanya sebutan Pulau Seribu Masjid yang bercokol pada Lombok yang kini menjadi salah satu destinasi favorit bagi wisatawan. "Kita juga memahami kultur masyarakat Lombok yang memang kuat keislamannya," ucap Abdulbar.

Alasan lain memprioritaskan pembangunan masjid ialah tidak lepas dari kebutuhan warga sekitar, terutama wilayah Lombok bagian selatan termasuk Mandalika yang belum memiliki masjid dengan kapasitas besar.

Untuk desain bangunan, laniut Abdulbar, Masjid Mandalika akan mengikuti arsitektur masjid kuno Bayan yang berlokasi di Kabupaten Lombok Utara dengan sejumlah kaligrafi yang terpampang di beberapa sisi. Sedangkan untuk kapasitas masjid diperkirakan dapat menampung 1.000 jamaah.

Abdulbar menambahkan, pembangunan masjid di lahan seluas empat hektare ini, merupakan bentuk kontribusi ITDC dalam mendukung konsep wisata halal Pulau Lombok.

Selain masjid, ITDC juga menyiapkan cluster halal seluas 300 hektare dari total 1.175,23 hektare luas lahan. Abdulbar menjelaskan, kawasan cluster halal akan menempati area bagian timur KEK Mandalika. "Cluster halal akan memiliki blok khusus, tapi tetap terkoneksi dengan bagian barat," ungkap Abdulbar.

Abdulbar menjelaskan, saat ini sudah ada ketertarikan dari sejumlah investor Timur Tengah untuk menggarap pasar halal di KEK Mandalika, diantaranya dari UEA, Mesir, dan Arab Saudi yang masih melakukan pengkajian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement