REPUBLIKA.CO.ID, KUCHING -- Usaha kecil dan menengah (UKM) Malaysia harus mempertimbangkan menyasar pengembangan pasar halal di Jepang. Industri makanan halal sedang nyaring terdengar di Negeri Matahari Terbit itu.
Asisten Perumus dan Pengembangan Sarawak, Datuk Mohd Naroden Majais mengatakan Jepang memiliki daya beli yang kuat untuk produk halal. Sehingga, menurut dia, pemain lokal harus mengekspor produk dan layanan halal untuk mendorong industri itu secara global.
"Tahun lalu, total ekspor Sarawak ke Jepang mencapai lebih dari 25 miliar ringgit Malaysia, sementara impor mencapai 1,7 miliar ringgit Malaysia," kata Majais dilansir dari The Star Online, Sabtu (10/2).
Ekspor utama Sarawak adalah gas alam cair, kayu, serta produk besi dan baja. Jepang merupakan tujuan ekspor terbesar keempat Malaysia. Ia menyebut nilai ekspor Malaysia yakni, 68,48 miliar ringgit Malaysia.
"Jepang menyediakan pasar yang besar dengan 127 juta penduduknya," ujar Majais.
Saat membuka seminar Pelung Usaha Industri Halal Jepang, Majais menjabarkan asosiasi Muslim Jepang memperkirakan populasi Muslim sekitar 150 ribu di Negeri Sakura itu. Ia menyampaikan sejulah UKM lokal sukses mengekspor makanan laut beku, gula nektar kelapa, bahan bangunan dan produk kayu ke Jepang.
"Pembeli Jepang tertarik pada barang dan layanan premium, high-end", kata Majais.
Seminar halal tersebut diselenggarakan oleh Malaysian External Trade Development Corporation (Matrade) dengan Japan External Trade Organization (Jetro) Kuala Lumpur. Seminar tersebut juga memungkinkan UKM lokal memanfaatkan peluang yang ditawarkan Olimpiade Tokyo 2020 untuk mempromosikan produk dan layanan halal.
Managing Director Jetro Kuala Lumpur Akira Kajita mengatakan, mengkonsumsi makanan halal telah menjadi tren di Jepang. Dengan Olimpiade Tokyo dan Paralimpik pada 2020, banyak perusahaan Jepang dan luar negeri mengambil kesempatan memasukkan makanan halal sebagai sektor yang ditargetkan.