Sabtu 03 Feb 2018 06:49 WIB

Pengalaman Jadi Imam Shalat di Lebanon

Persiapan dan pengalaman jadi bekal sang imam.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Sujud dalam shalat memberikan manfaat fisiologis yang amat proporsional bagi anatomi tubuh manusia, khususnya fungsi otak. (Ilustrasi)
Foto: republika/prayogi
Sujud dalam shalat memberikan manfaat fisiologis yang amat proporsional bagi anatomi tubuh manusia, khususnya fungsi otak. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Fitrah Alif Tama juga memiliki pengalaman menjadi imam di Lebanon pada tahun 2016 lalu. Lulusan Daarul Quran pada 2014 ini, mengaku sering kali menjadi imam ketika Idul Fitri, Idul Adha, dan Tarawih. Dia bertugas di KBRI Beirut maupun UNIFIL Pasukan Garuda TNI yang mengemban misi perdamaian.

Fitrah bekerja sebagai imam karena saat itu banyak waktu di sela-sela kuliahnya yang senggang. Pada 2017, Fitrah memutuskan tidak lagi menjadi imam karena sibuk kuliah.

"Jadi, dulu saya juga jadi imam pas shalat Ashar, Subuh, Maghrib, dan Isya. Setelah Subuh ikut majelis ngaji Quran, kemudian saya kuliah sehingga tak bisa mengimami Zhuhur dan Ashar. Sore lalu ngaji lagi, setelah Isya baru istirahat," kata Fitrah menceritakan aktivitas saat awal menjadi imam di Lebanon.

Pengalaman Fitrah menjadi imam saat masih di Indonesia membuatnya tak terlalu canggung. Kendati demikian, persiapan tetap harus dilakukan, terutama bacaan bahasa Arab. Sebab, di Lebanon semua makmum mengerti bahasa Arab.

Karena itu, persiapan yang dilakukan Fitrah lebih kepada surah yang akan dibacakan. Fitrah selalu mengulang surah yang dipersiapkan untuk dibaca ketika menjadi imam. "Diulang-ulang sesering mungkin sebelum shalat agar tidak terbata-bata dalam membacakannya sehingga tidak mengganggu kekhusyukan," tutur dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement