Sabtu 03 Feb 2018 06:27 WIB

Adaptasi Dai Saat Dakwah di Luar Negeri

Perbedaan budaya tak jadi persoalan.

Dakwah
Foto: wordpress.com
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ustaz Ahmad Pranggono, dai yang di kirim DD pada tahun 2016 ke Filipina, sempat bertugas selama Ramadhan. Di sana, dia menjadi imam shalat Tarawih. Selama di Filipina, Ustaz Pranggono tidak hanya fokus berdakwah di area KBRI, tetapi juga berkeliling ke berbagai masjid.

Kendati demikian, proses adaptasi harus dijalani Ustaz Pranggono pada awal berada di sana. "Di awal-awal, makanan jadi problem utama. Apalagi waktu saya datang pihak ke dutaan belum ready untuk jamuannya. Otomatis nyari sendiri keluar," ucapnya.

Ustaz Pranggono mengaku budaya tidak terlalu menjadi persoalan. Rutinitas dakwahnya lebih menyasar warga Indonesia di Filipina dan hanya sedikit ber inter aksi dengan masyarakat lokal.

"Intinya, rutinitasnya untuk pegawai di kedutaan. Poin penting ketika Tarawih, mereka kumpul, shalat Maghrib, 10 malam terakhir ada qiyamul lail. Di sela sela itu siangnya safari dakwah ketemu dengan mahasiswa, pekerja, silaturahmi, buka link channel," kata Ustaz Pranggono.

Dia mengungkapkan, dukungan keluarga menjadi kekuatan dirinya berdakwah ke negeri orang. Dia mendaftarkan diri program pengiriman dai ke luar negeri oleh DD ketika dibuka rekrutmen yang diumumkan di media. Ia kemudian menyiapkan segala persyaratannya dan lolos seleksi untuk diberangkatkan ke Filipina.

 

(Baca:  Tantangan dakwah di luar negeri)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement