Kamis 01 Feb 2018 09:40 WIB

Peradaban Islam Kembangkan Ilmu Psikologi

Para ilmuwan Muslim selaraskan psikologi Yunani dengan ajaran Islam.

Psikologi Islam merujuk pada Quran dan sunah (ilustrasi).
Foto: Ilmgate.org/a
Psikologi Islam merujuk pada Quran dan sunah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Keberadaan ilmu psikologi sangat berguna dalam menguak tabir yang menyelemuti ruhani manusia. Melalui piranti keilmuan tersebut, kita bisa mempelajari aspek-aspek kejiwaan pada individu maupun kelompok secara mendalam.

Secara etimologis, penamaan psikologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yakni psukhe(jiwa) dan logos(ilmu). Sementara, secara terminologis psikologi didefinisikan sebagai studi tentang pikiran dan perilaku manusia.

"Tujuan dari di siplin ilmu tersebut adalah untuk memahami peran dari fungsi- fungsi mental dalam membentuk perilaku individu maupun sosial,"kata Dodge Fernald da lam buku Psychology: Six Perspectives.

Menurut catatan, para filsuf Yunani kuno sejak 550 sebelum Masehi (SM) telah mengembangkan teori tentang kejiwaan yang kemudian hari menjadi cikal bakal lahirnya ilmu psikologi. Beberapa tokoh pemikir yang paling berpengaruh pada zaman itu seperti Plato, Pythagoras, dan Aristoteles, pernah membuat sejumlah catatan mengenai alam pikiran dan jiwa manusia.

Walaupun berbagai kajian yang berhubungan dengan psikologi sudah ada sejak zaman peradaban kuno. Namun, istilah khusus untuk ilmu kejiwaan tersebut belum lagi dikenal pada waktu itu.

Penamaan psikologi baru muncul berabad-abad sesu- dahnya, ketika Rudolf G?ckel (1547-1628)memublikasikan karya tulisnya, Psychologia hoc est de Hominis Perfectione, Anima, Ortu di Marburg (Jerman) pada 1590.

Psikologi yang pada mulanya dirintis oleh orang-orang Yunani kuno mengalami perkembangan pesat selama periode emas Islam (dari abad kedelapan hingga ke-15).

Beberapa ilmuwan Muslim yang hidup pada zaman itu berhasil mengembangkan pen- dekatan keilmuan tersebut kepada tingkat yang lebih praktis. Bahkan, gagasan-gagasan sarjana Muslim tentang psikologi juga memengaruhi peradaban Eropa ketika memasuki periode Renaisans, ujar penulis akademis dari Yunani, Martyn Shuttle worth, dalam artikelnya, Islamic Psychology.

Ia menjelaskan, upaya yang dilakukan ilmuwan Muslim dalam menggali naskah-naskah kuno Yunani berhasil membawa perubahan besar dalam sejarah psikologi. Mereka tidak hanya belajar dari teks-teks tersebut, melainkan juga mengembangkan gagasan-gagasan mereka sendiri, sehingga mampu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pada masa itu.

Selama periode emas Islam, beberapa sarjana Muslim menelurkan banyak karya yang berhu bungan dengan ilmu jiwa. Salah satunya adalah Ibnu Sina, ilmuwan asal Bukhara (Uzbekistan sekarang --Red)yang hidup antara 981?1037. Dia dianggap sebagai tokoh yang memiliki pengaruh paling besar dalam sejarah psikologi Islam.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement