Selasa 30 Jan 2018 14:25 WIB

Tahun Politik, Menag: Jangan Sampai Terjadi Politisasi Agama

Seluruh umat beragama harus mampu mengembalikan agama pada subtansi sesungguhnya.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin meminta, masyarakat atau pemangku kepentingan tidak mempolitisasi agama dalam Pilkada Serentak 2018 dan Pilpres 2019. Ia meminta umat beragama menebar kedamaian agar tidak terjadi konflik.

"Jangan sampai terjadi politisasi agama, jangan memperalat agama, perlu ada batasan yang harus disepakati supaya kehidupan masyarakat bisa berjalan dengan baik," ujarnya saat acara Kongres PP Pemuda Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (30/1).

Menurutnya, seluruh umat beragama harus mampu mengembalikan agama pada esensi atau subtansi yang sesungguhnya yaitu agama yang mewujudkan kedamaian. Sebab, setajam atau sekeras apapun perbedaan, jangan sampai mengoyak persatuan sebagai sebuah bangsa.

"Khusus untuk generasi millennial bisa menyikapi sosial media itu sangat penting, hati-hati dengan sosial media," ucapnya.

Untuk itu, Lukman meminta, umat beragama bisa senantiasa memahami ajaran agama, baik secara paham tesktual maupun konservatif. Kedua paham tersebut memiliki kepentingan dalam rangka menyempurnakan satu sama lain.

"Ketika bertumpu pada paham tesktual (Alquran atau hadis) mengabaikan konteks lain seperti nalar. Ketika masuk paham liberal atau konservatif lupa tekstual. Namun, kedua paham ini tidak perlu dihadapkan atau dibenturkan karena ini cara memahami ajaran agama," ucapnya.

Memang ada pihak lain yang ingin membenturkan paham ini, sayang sekali energi umat Islam hanya untuk kedua paham itu. "Terpenting mampu menjaga Islam Wasathiyah serta modernisasi Islam," ungkapnya.

Menurutnya, modernisasi Islam yang dilakukan bisa jadi nilai tambah penting bagi Indonesia. Modernisasi mampu membuat Islam bertransformasi jadi pedoman ideologi bangsa.

"Intinya kita harus mengedepankan agama fungsinya yang konstruktif, jadi agama itu membangun, memanusiakan manusia, jangan menggunakan agama yang justru melahirkan desktrutif," jelasnya.

Oleh karena, lanjut Menag, dalam konteks Indonesia yang sangat beragam dan majemuk, maka setiap umat beragama harus lebih mengedepankan nilai positif. Sehingga, tidak terjebak karena ada perbedaan yang sifatnya kulit atau permukaan karena agama bukan memecah belah kehidupan bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement