Senin 29 Jan 2018 16:59 WIB

DNA PTKIN adalah Islam Wasathiyah

PTKIN diminta perkuat pengetahuan keislaman.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan pidato pada pencanangan Gerakan Sadar Zakat di gedung Gradhika Bhakti Praja Semarang, Rabh (24/1).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan pidato pada pencanangan Gerakan Sadar Zakat di gedung Gradhika Bhakti Praja Semarang, Rabh (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, DNA Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) adalah Islam wasathiyah. Hal ini disampaikannya saat launching Seleksi Prestasi Akademik Nasional dan Ujian Masuk (SPAN-UM) PTKIN Tahun 2018 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta pada Senin (29/1).

Lukman mengatakan, PTKIN memikul tanggung jawab untuk menyebarkan Islam wasatiyyah. Islam yang moderat atau Islam yangrahmatan lil alamiin."Jika ada mahasiswa atau lulusan PTKIN menjadi ekstremis, ini perlu dipertanyakan DNA-nya," kata Lukman melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (29/1).

Ia mengingatkan, Universitas Islam Negeri (UIN) yang saat ini menyelenggarakan program studi umum jangan sampai pengetahuan keislamannya luntur. Program-program studi keislaman perlu dikawal dengan sebaik-baiknya. Begitu juga program studi yang bersifat umum.

Ia menyampaikan, prihatin di tengah semangat beragama umat yang semakin tinggi, program studi agama di PTKIN justru lebih kecil peminatnya dari program studi umum. Hal ini harus dikaji, kenapa masyarakat bisa seperti itu.

Menurutnya, wawasan dan pendidikan keagamaan penting di tengah meningkatnya semangat keberagamaan umat. Sebab, beragama tidak cukup hanya semangat saja. Lebih dari itu, beragama juga perlu dibekali dengan wawasan dan pengetahuan keagamaan.

"Karena itu, program studi-program studi agama harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat saat ini," ujarnya.

Lukman mencontohkan, program studi tafsir hadits sangat relevan dengan kondisi saat ini yang penuh dengan lalu lintas informasi. Ilmu (tafsir hadits) ini sangat relevan pada saat ini agar masyarakat tidak mudah terpancing atau percaya pada fitnah serta hoax.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement