Jumat 12 Jan 2018 18:00 WIB
Belajar Kitab

Patokan Sejarah Penanggalan

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Pawai Obor. Anak-anak mengikuti pawai obor dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/09). Tanggal 21 September menjadi awal tahun bagi penanggalan kalender 1439 Hijriah.
Foto: Iman Firmansyah
Pawai Obor. Anak-anak mengikuti pawai obor dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/09). Tanggal 21 September menjadi awal tahun bagi penanggalan kalender 1439 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dalam kitab as-Syamarikh fi Ilmi at-Tarikh, (Acuan Ilmu Sejarah), karya ulama terkemuka di abad kedelapan Hijriah, Jaladuddin as-Suyuthi, urgensi sejarah hendak diungkapkan. Kitab yang ketiga naskah manuskripnya ditemukan di perpustakaan Al- Azhar, Kairo, Mesir, itu membahas hal-hal yang berkenaan dengan sejarah.

Mengawali kitabnya, ulama yang juga dikenal melalui kitabnya al-Itqan fi Ulum Alquran itu, menyebutkan fakta tentang lembaran utama sejarah manusia. Permulaannya dimulai saat Adam as diturunkan ke bumi. Sejarah itu dilanjutkan oleh para anaknya, hingga Allah menurunkan Nuh as. Babak baru sejarah pun dimulai, terutama pascaperistiwa banjir dahsyat yang menenggelamkan mereka yang enggan bergabung di perahu.

Ketika Nuh as dan keturunannya berlabuh di daratan, beliau membagi bumi untuk ketiga anaknya. Sam mendapat beberapa wilayah, yaitu Baitul Maqdis, Nil, Eufrat, Dajla, Sehan, dan Jeihan. Sedangkan bagian Ham, ialah barat Sungai Nil hingga arah mula angin di Dabur. Sementara itu, Yafuts memperoleh wilayah Qasiyun hingga Shaba. Kisah itu pun berlanjut dari kisah angin topan, hingga kisah ditaklukkannya api oleh Ibrahim as.

Anak-anak Ibrahim berpencar dan menciptakan sejarah masingmasing, hingga pengutusan Nabi Yusuf AS, selanjutnya ke Nabi Musa as, lalu dilanjutkan oleh Sulaiman, Isa, hingga diutusnya Rasulullah SAW. As-Suyuthi mengutip kisah ini dari kitab Tarikh Kabir yang dikarang Ibnu Abi Khaitsamah.

Menurut Tarikh Kabir, keturunan Ismail yang tersisa memulai penulisan sejarah dari peristiwa keluarnya Bani Sa’ad, Nahd, Juhainah, hingga wafatnya Ka’ab bin Luayyi. Lalu, dimulakan lagi dari peristiwa itu hingga tragedi Tahun Gajah. Dari sini dituliskan sampai Umar bin Khattab menulis dari peristiwa hijrah.

Mengutip tulisan Ibnu Jarir at- Thabari di Kitab Tarikh-nya, penulisan sejarah dengan versi di atas pada dasarnya serupa dengan corak dan data yang masyhur di Bangsa Yahudi. Menurut dia, fakta semacam itu tidak patut dikutip oleh umat Islam. Bagi Islam, penanggalan sejarah hanya akan bermula dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah.

Sementara itu, bagi Quraisy, patokan sejarah dimulai sebelum Islam, tepatnya saat Pasukan Gajah, menyerang Ka’bah. Konon, penanggalan yang berlaku di kalangan mereka, penamaannya cukup merujuk pada peristiwa yang terjadi di hari itu. Misal, Kulab Ula, Kulab Tsani, dan hari Jabalah. Bagi, kaum Nasrani, penanggalan merujuk pada masa Iskandar Dzul Qarnain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement