REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan perzakatan nasional mengalami kenaikan rata-rata 20 persen pada 2017 lalu. Pencapaian tersebut diakumulasi dari rata-rata pengumpulan zakat, infak, sedekah (ZIS) dan dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) pada Baznas pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Tentu peningkatan tersebut tak lepas dari peran lembaga filantropi di Indonesia. Di mana, mereka mulai dipercaya oleh masyarakat untuk mewakili penyaluran dana terhadap kaum dhuafa.
CEO Rumah Zakat Indonesia (RZI), Nur Efendi mengatakan, ada beberapa kunci sukses yang selalu ditanamkan pada lembaganya. Salah satunya, program inovatif yang tepat sasaran.
"Kami punya program unggulan, yakni pemberdayaan desa. Di mana, satu desa diberikan satu pendamping yang bertugas memberdayakan masyarakat desa baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi hingga pertanian. Program ini terintegrasi," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Selasa (9/1).
"Kunci sukses kita itu ada pertama pendampingan, kita gaji pendampingnya, kita biayai operasionalnya setiap bulan, kita kontrakan rumah. Harapannya pendamping orang desa, kita cari pemuda potensial yang mau mengurus sehingga perubahan bisa menyeluruh," ujarnya.
Kedua, keterlibatan masyarakat ini menjadi penting. Ketiga, program yang sesuai dengan masyarakat desa, jadi tidak semua program itu sama satu desa dengan desa lainnya sehingga program ini mampu mendayagunakan orangnya dan desanya.
Untuk itu mengawali 2018, pihaknya akan meluncurkan beberapa program baru, di mana mengajak masyarakat untuk berbagi segala hal mulai dari ide, ilmu, gagasan dan dana. Langkah ini akan dimasukkan dalam kampanye I'm Sharing and I'm Happy.
"Kami meyakini kampanye ini akan memberikan kebahagiaan bagi banyak pihak. Sebab dengan berbagi orang akan berbahagia. Gerakan ini sudah diluncurkan pada tanggal 19 Desember lalu," ucapnya.
Program kedua yang akan dijalankan oleh RZI adalah Indonesia Berdaya. Di mana, dalam program tersebut akan menargetkan serta mensejahterakan 1.230 desa dan memfokuskan pada wilayah timur Indonesia.
"Kenapa kita memilih desa? Karena kemiskinan terbanyak 17 juta ada di desa sehingga kita fokus pengetasan kemiskinan. Ini yang menjadi persoalan Indonesia juga, kalau kita berdayakan desa sehingga Indonesia akan berdaya juga," ucapnya.
Program ketiga adalah wakaf 1.000 hektare lahan pertanian di desa. Kepemilikan lahan saat ini dikatakan sudah banyak yang beralih. Maka dari itu RZI ingin menguatkan kembali hal tersebut. "Kami ingin membebaskan lahan pertanian melalui dana wakaf karena lahan itu banyak beralih kepemilikan sehingga bisa dikelola dengan baik oleh masyarakat," ungkapnya.
Nantinya hasil akan digunakan untuk membuat lumbung-lumbung desa untuk menjaga masa pahit yang mungkin terjadi. Masa pahit yang dimaksudkan adalah saat terkena bencana.
Program keempat adalah menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi desa. Hal ini nantinya diharapkan akan menjadi daya tarik pemuda-pemuda desa untuk kembali ke desa dan meningkatkan ekonomi desanya.
"Beberapa kita kerja sama dengan Kementerian Parisiwata. Saat ini ada sembilan desa wisata yang kita sudah kerja sama dengan Kemenpar dan dua bulan yang lalu kita sudah tandatangan MoU," ujarnya.
Sehingga diharapkan, dengan adanya program tersebut akan mengubah pemikiran masyarakat agar tidak melulu liburan keluar negeri atau mal. Kesejahteraan dan ekonomi bisa ditingkatkan dengan berbagai hal contohnya berwisata di desa mengikuti kehidupan masyarakatnya dan membawa oleh-oleh produk asli desa.
"Kami ingin memunculkan satu program yang kemudian menjadi alternatif orang itu berlibur, sekarang desa menjadi tempat hiburan, menginap di tempat warga, oleh-oleh beli di warga, bisa ikut aktivitas warga sehingga memunculkan ekonomi desa," ungkapnya.
RZI menyatakan pertumbuhan zakatnya mencapai 18 persen dibandingkan rata-rata pertumbuhan zakat nasional, di angka 20 persen.