REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) yang dilakukan NU Care-Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqoh Nahdlatul Ulama (Lazisnu) mengalami peningkatan di 2017. Dana ZIS yang dihimpun NU Care-Lazisnu banyak membantu korban bencana alam dan bantuan beasiswa kepada siswa tidak mampu.
Direktur Utama NU Care-Lazisnu, Syamsul Huda mengatakan, pengimpunan dana ZIS sepanjang 2016 mencapai sekitar Rp 59 miliar. Pada 2017 ada peningkatan penghimpunan ZIS, tapi angka sebenarnya dana ZIS yang dapat dihimpun NU Care-Lazisnu baru akan diketahui saat rapat koordinasi nasional pada 29 Januari 2018.
"Sekurang-kurangnya dua kali lipat dari tahun kemarin akan tercapai, artinya Rp 118 miliar sudah pasti tercapai (di 2017)," kata Syamsul kepada Republika, Rabu (3/1).
Ia menerangkan, Lazisnu punya pola. Tahun pertama Lazisnu melakukan pembenahan organisasi. Tahun kedua Lazisnu melakukan pemilihan model pengumpulan donasi. Di tahun ketiga Lazisnu melakukan pembentukan Baitul Maal wa Tamwil untuk pengelolaan dana ZIS.
Ia menjelaskan, dengan membuat Baitul Maal wa Tamwil, seluruh perolehan dana ZIS dapat dikelola dengan lebih profesional, transparan dan lebih berdaya guna. Diharapkan, warga (mustahik) yang sudah dibantu oleh NU Care-Lazisnu dapat menjadi muzaki di kemudian hari.
"Saat ini ada 130 cabang Lazisnu yang aktif, mereka aktif dan berjalan dengan baik," ujarnya.
Syamsul menyampaikan, karena di 2017 banyak kejadian bencana alam. Maka NU Care-Lazisnu banyak menyalurkan dana ZIS untuk membantu korban bencana alam. Seperti membantu korban bencana alam di Pacitan, Gunung Agung dan membantu Muslim Rohingya di Myanmar.
Ia menambahkan, NU Care-Lazisnu juga melakukan bedah rumah, bedah mushola dan bedah masjid. Serta memberikan bantuan berupa beasiswa untuk santri dan mahasiswa yang tidak mampu. Program ini sudah berjalan dengan baik.
Advertisement