REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Adian Husaini mengatakan, tidak melihat perpecahan pada umat Islam di sepanjang 2017. Meskipun ada perbedaan, namun hal tersebut merupakan sesuatu yang berbeda.
"Kalau umat Islam ada perbedaan kan wajar kan besar. Nggak mungkin semuanya harus sama," ujar Adian kepada Republika.co.id, Rabu (27/12).
Dia meminta, masyarakat menghindari melihat gambar umat Islam dari kasus yang terjadi. Misalnya, aksi penolakan ustaz yang hanya kasus kecil saja. Padahal, masih ribuan ustaz lainnya yang aktivitasnya berjalan baik.
Oleh karena itu, menurut Adian, jika melihat umat Islam dari sebuah kasus, maka penilaian tersebut cenderung tidak efektif. Ia juga meminta, agar tidak membesar-besarkan setiap kasus agar tidak seolah-olah umat Islam terpecah. "Saya harapkan ke depannya kondisi yang sudah relatif baik ditingkaatkan lagi," kata Adian.
Menurut Adian, lebih baik umat Islam fokus menghadapi tantangan pada 2018 mendatang. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia masih menjadi tantangan ke depan. Karena itu umat Islam dituntut menjadi umat yang terbaik dan menjadi tauladan.
Kualitas pendidikan Islam pun harus ditingkatkan dengan harapan mampu mencetak umat Islam yang berakhlak dan keimanan yang kuat. Begitu juga dengan partai Islam juga perlu meningkatkan kualitasnya.
Terkait dengan pandangan sebagian orang bahwa tantangan besar umat Islam di tahun 2018 adalah mencegah terjadinya perpecahan karena masuk tahun politik, Adian tidak sependapat. Menurutnya, setiap tahun adalah tahun politik dan masyarakat berjalan sebagaimana biasa.
"Intinya nggak usah dibesar-besarkan tahun politik, tahun apa, kita masyarakat fokus kerja, beribadah, ikhlas kerja keras tawakkal bertekad menjadi umat terbaik siapapun pesidennya. Jangan tergantung siapa penguasanya. Dalam sejarahnya umat Islam terlatih mandiri," tandasnya.