REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh Hasanul Rizqa
Cassie (23 tahun) merupakan seorang perawat pribadi yang bekerja pada sebuah keluarga di Inggris. Ia bertugas merawat seorang kakek berusia 80 tahun, Saleem (bukan nama sebenarnya). Majikannya ini men derita sakit alzheimer, semacam sindrom yang mengganggu fungsi sel-sel otak.
Ini merupakan pekerjaan pertama Cassie sejak lulus dari sekolah keperawatan. Belakangan, Cassie menyadari bahwa Saleem merupakan seorang Muslim. Sebe lumnya, Saleem beragama lain.
Cassie sadar ketika memberikan beberapa obat untuknya yang ternyata (kandungannya) tidak dibolehkan dalam Islam. Jadi, sejak saat itu, ia mencoba beradaptasi. Ia membawakan kepadanya daging halal. Tidak ada lagi daging babi atau alkohol di dalam sajian.
Itu setelah saya sendiri mencari tahu bagaimana ajaran Islam tentang ini, kata Cas sie, seperti dikutip AboutIslam.net, Senin (23/1).
Beberapa rekan sesama perawat di rumah Saleem cukup terheran-heran dengan Cassie. Sebab, perempuan itu bekerja sedemikian cermat. Padahal, Cassie bisa saja bekerja tanpa perlu banyak bertanya, misalnya, tentang pemilahan antara daging halal dan haram.
Karena tohia hanya seorang perawat, tidak merangkap sebagai koki yang mengurus bahan makanan. Namun, Cassie berkeyakinan bahwa seorang pemeluk aga ma tertentu berhak dihormati, bagaima na pun kondisinya. Dari hari ke hari, kondisi fisik Saleem menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Ia mulai bisa menggerakkan kedua tangannya atau merebahkan badannya sendiri. Bagi Cassie, hal ini tentu merupakan kabar gembira.
Hingga suatu hari, ia mendengar Saleem, yang sedang berbaring seorang diri di kamarnya, menggumamkan kata-kata yang tak begitu dipahaminya. Bagi Cessie, kata-kata yang keluar dari lisan majikannya itu lebih mirip rapalan dalam bahasa asing, bukan bahasa Inggris. Hal itu disaksikannya rutin setiap hari.
Tidak hanya merapalkan kata-kata. Cassie juga melihat Saleem seperti sedang melakukan suatu gerakan terstruktur, mulai dari berupaya mengangkat dua tangan- nya lalu mendekapkannya di dada.
Apa yang dilakukan Saleem membuat Cassie mulai mencari tahu seluk-beluk Islam. Sumber pertamanya adalah dari internet.
Saat mengetikkan kata kunci Islam di situs Youtube, Cassie menemukan video yang memperdengarkan kata-kata yang cenderung mirip dengan gumaman majikan nya itu.
Video itu juga menunjukkan gerakan yang sekilas mirip dengan apa yang rutin dilakukan Saleem. Bedanya, model dalam video ini merupakan figur yang berfisik normal. Cassie memutuskan untuk mengun duh video shalat tersebut.
Dalam waktu tak lama, Cassie mengetahui bahwa gerakan terstruktur itu adalah shalat. Bagi seorang Muslim, ini merupakan ritual rutin lima kali dalam setiap hari. Cassie menyadari betapa majikannya me miliki tekad tetap menunaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim.
Padahal, Saleem sudah berusia tua dan me ngidap sindrom alzheimer. Secara medis, Saleem telah kehilangan kemampuan motorisnya yang normal. Ia tak lagi bisa mengingat dengan jelas kenangan masa kanak-kanak, apa pekerjaannya, atau mungkin namanya sendiri.
Hanya untuk makan atau minum, ia memerlukan bantuan perawat. Namun, di atas itu semua, Cassie menyaksikan sendiri bagaimana Saleem tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu.
Saya tahu, majikan saya ini seorang yang taat pada agamanya. Hal ini membuat saya ingin belajar banyak (tentang Islam) agar bisa merawatnya lebih baik lagi, kata Cassie.
Komunitas Islam
Mulailah Cassie aktif mencari tahu tentang komunitas Islam di dunia maya. Dari sana, ia mendapatkan tautan mengenai teks dan audio terjemahan Alquran. Cassie menyimpan filetersebut di iPod miliknya.
Secara tak sengaja, ia mengeklik file Surah An-Nahl (Lebah). Pertama kali men dengarkannya, Cassie langsung menyu kainya dan mengulanginya lagi beber- apa kali.
Suatu hari, Cassie mendekatkan iPod itu ke telinga Saleem agar ia bisa ikut men dengarkan Surah an-Nahl.
Ia tersenyum dan kemudian menangis, kenang Cassie.
Kejadian ini membuat Cassie berubah ha luan. Dari mempelajari Islam untuk mendukung perawatan terhadap pasiennya, menjadi mengenal Islam untuk diri Cassie sendiri. Ia merasa, ada kekuatan yang luar biasa dari Alquran.
Dalam hidupnya, kata Cassie, baru kali itulah ia mencari keyakinan spiritual. Dalam masa kanak-kanak, Cassie sudah diting gal wafat kedua orang tuanya sejak usia tiga tahun.
Cassie dan saudara lelakinya kemudian dalam pengasuhan kakek dan neneknya yang wafat empat tahun lalu. Mereka tidak terlalu aktif mengajari Cassie dan saudara kandungnya tentang agama apa pun.
Karena itu, pengalamanku merawat Sa leem memberikan semacam rasa damai. Mes kipun sedang sakit, saya menyaksikan pasien saya itu bisa merasakan kedamaian dan ketenangan batin. Sekalipun tak ada orang (keluarga) di sekitarnya. Saya menjadi ingin mendapatkan apa yang ia rasakan, ujar Cassie.
Cassie mendapatkan saran dari salah seorang pengguna akun komunitas Muslim agar ia mengunjungi sebuah masjid di seki tar.
Pertama kali, Cassie hanya ingin me nyaksikan bagaimana orang Islam menunaikan shalat secara bersama-sama.
Imam masjid dan istrinya kemudian menyambut Cassie tanpa perlakuan intim- idatif. Mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan Cassie dengan baik. Sang istri bahkan memberikan kepada Cassie sejum- lah buku tentang mengenal Islam.
Sebelumnya saya memang tidak pernah menjalankan praktik agama apa pun, hanya percaya bahwa Tuhan itu ada.
Bahagia Usai Berikrar Syahadat
Suatu hari, Cassie menghadiri sebuah kajian tentang Islam di masjid tersebut. Setelahnya, seorang imam menghampiri Cassie dan bertanya, apa yang membuatnya belum juga meyakini Islam sebagai agama yang benar. Cassie mengenang, saat itu ia tak mampu men- jawabnya dengan lugas.
Ia mengakui, saat itu ada rasa ketakutan yang janggal dalam hatinya. Bukan takut lantaran hal-hal yang buruk. Malahan sebaliknya. Cassie merasa dirinya belum pantas menerima suatu perubahan. Namun, sang imam menjelaskan kepadanya bahwa Islam berarti penyerahan diri sepenuhnya. Tidak ada paksaan dalam agama ini.
Sore berikutnya, Cassie mendatangi masjid yang sama dan berusaha menyam- paikan satu hal penting kepada sang imam.
Ia ingin masuk Islam. Dengan dipandu sang imam, Cassie akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Tak ada kata-kata yang bisa menjelaskan perasaan saya pada waktu itu. Ini bagaikan saya terbangun dari tidur yang panjang dan melihat segalanya jadi lebih jelas. Saya diliputi perasaan bahagia, tenang, dan begitu damai, kata Cassie.
Sepekan setelah Cassie memeluk Islam, majikannya, Saleem pun menghembuskan nafas terakhir. Pria itu meninggal dunia dalam tidurnya. Selama bekerja beberapa tahun, Cassie sudah menganggap Saleem bagaikan ayah kandungnya sendiri, yang ia rawat dengan tulus. Dan seperti dilansir Muslim Link Paper, Cassie pun akhirnya wafat pada Oktober 2010 lalu.