Jumat 22 Dec 2017 20:45 WIB

Umat Islam Beri Kontribusi Besar Pembangunan di Benin

Rep: Heri Ruslan/ Red: Agung Sasongko
Masjid di Benin
Foto: Wikipedia
Masjid di Benin

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Islam menjadi agama terbesar kedua di Benin. Islam hadir di negara itu sejak abad ke-10 Masehi. Ajaran Islam disebarkan oleh para pedagang dari Arab, Hausa, dan Shonghai-Dendi. Kini umat Islam di Benin terkonsentrasi di wilayah utara dan tenggara. Etnis Yoruba dan Dendi merupakan pemeluk agama Islam yang paling banyak di negeri itu.

Agama Islam terus tumbuh pesat dari hari ke hari. Umat Islam berkiprah dan memberi kontribusi yang besar bagi pembangunan di Benin. Tak kurang dari 30 organisasi Islam terdapat di negara itu. Islam merupakan agama yang mudah diterima oleh penduduk Benin.

Namun, hingga sekarang masih banyak pemeluk Islam di Benin yang masih mempraktikkan magis dan ajaran animisme. Hampir semua Muslim di Benin menganut aliran Sunni. Ada pula sejumlah kecil penganut Syiah yang umumnya adalah ekspatriat dari Timur Tengah.

Umat Islam bebas menjalankan keyakinannya karena konstitusi negara itu memberikan kebebasan beragama. Secara umum, Pemerintah Republik Benin menghormati hak warga negaranya untuk menjalankan ibadah sesuai agamanya.

Selain menganut Islam (24,4 persen), sekitar 27,1 persen penduduk Benin memeluk Katolik Roma, 17,3 persen Vodun, lima persen Celestial Kristen, 3,2 persen Methodis, 7,5 persen Kristen yang lain, enam persen tradisional lainnya kelompok-kelompok agama setempat, 1,9 persen kelompok agama lain, dan 6,5 persen mengaku tidak memiliki afiliasi keagamaan.

Di negara itu, Mahkamah Konstitusi menentukan pedoman hukum yang mengatur praktik keagamaan. Dalam beberapa tahun terakhir, MK Benin menyatakan setiap upaya dilakukan untuk mencegah penganut agama melakukan kegiatan keagamaannya sebagai tindakan yang illegal. Sedangkan, kritik terhadap keyakinan agama dibolehkan dan dilindungi oleh hak kebebasan berbicara.

Di negeri itu, Departemen Pertahanan diizinkan untuk campur tangan dalam konflik antara kelompok agama sebagai kekuatan penjaga perdamaian guna menjamin ketertiban umum dan perdamaian sosial. Syaratnya, intervensi yang dilakukan sesuai dengan prinsip netralitas negara dalam pengelolaan urusan agama.

Pejabat negara di negara itu biasa menghadiri perayaan-perayaan keagamaan semua agama. Presiden Republik Benin secara teratur menerima pemimpin dari semua kelompok agama di istana negara. Setiap acara keagamaan, baik Islam maupun agama lainnya, mendapat pengamanan dari pasukan polisi.

Republik Benin merupakan negara sekuler. Karenanya, sekolah umum tidak berwenang untuk memberikan pelajaran agama. Namun, umat Islam diizinkan untuk mendirikan sekolah swasta. Bahkan, hari-hari besar keislaman seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi SAW menjadi hari libur nasional. Setiap agama di negara itu menjunjung toleransi.

Pada 5-7 Agustus 2005, Benin sempat menjadi tuan rumah Konferensi Dakwah Islam Internasional. Tokoh Islam dari berbagai negara di dunia menghadiri pertemuan yang digagas oleh World Islamic Call Society (WICS) yang berbasis di Tripoli, Libya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement