Rabu 13 Dec 2017 17:00 WIB
Belajar Kitab

Petunjuk ke Jalan yang Lurus

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim menginginkan dirinya senantiasa berada di jalan yang lurus, yaitu jalan yang diridhai Allah SWT. Dan, balasan bagi mereka yang dari awal hingga akhirnya berada di jalan lurus itu adalah surga yang dijanjikan Allah.

Namun, untuk menggapai itu tidaklah mudah. Banyak tantangan dan rintangan yang setiap saat menghadang. Tak jarang, tantangan dan rintangan itu benar-benar menjadi batu sandungan dan menyebabkan pelakunya jatuh atau berada di jalan yang salah. Jika tidak segera memperbaiki diri, dia akan tersesat dan balasannya adalah neraka.

Berkenaan dengan hal ini, ulama asal Malabar, India, yang bernama Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin al-Malibari menyusun sebuah kitab dalam menuju jalan yang lurus tersebut, yaitu Irsyadul Ibad Ila Sabili al-Rasyad (Petunjuk Bagi Seorang Hamba Menuju Jalan yang Lurus).

Syekh Zainuddin mengawali kitabnya ini dengan mengajak setiap Muslim untuk memulai segala perbuatan itu disertai dengan niat. Mengutip hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab RA, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya, tiap amal perbuatan itu tergantung pada niat. Dan, seseorang akan mendapatkan bagiannya seperti yang diniatkannya. Bila dirinya niat hijrah karena taat pada Allah dan Rasul-Nya, hijrah itu benar-benar kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan, siapa yang niat hijrah untuk keuntungan dunia atau wanita yang akan dikawininya, hijrahnya terhenti pada apa yang ia hijrah karenanya.'' (HR Bukahri dan Muslim).

Hampir sama dengan kitab-kitab fikih yang disusun para ulama, kitab yang disusun oleh Zainuddin Al-Malibari ini juga menitikberatkan pada masalah fikih. Namun, bila ulama lainnya memulai pembahasan dari cara bersuci (taharah), Zainuddin Al-Malibari mengawalinya dengan pembahasan tentang iman (beriman kepada Allah SWT). Tujuannya agar setiap Muslim bisa mengingatkan dirinya sendiri tentang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah.

Dalam sebuah riwayat, dijelaskan bahwa ketika Rasulullah SAW sedang mengajarkan ilmu dan ayat-ayat Alquran pada para sahabatnya, tiba-tiba datanglah seseorang yang langsung bertanya kepada beliau. Orang tersebut, yang kemudian dijelaskan oleh Rasulullah sebagai Malaikat Jibril AS, menanyakan makna iman, Islam, dan ihsan. Nabi menjelaskan, iman itu adalah percaya kepada Allah yang tertanam dalam hati, kemudian diungkapkan dengan perkataan (lisan), dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.

Sedangkan, makna Islam, jelas Rasul, adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, puasa, zakat, dan melaksanakan haji bila mampu. Adapun makna ihsan adalah menyembah Allah SWT dengan sebenar-benarnya seolah-olah kita sedang melihat-Nya dan apabila kita tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Allah SWT melihat dan mengetahui setiap gerak-gerik makhluk-Nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement