Selasa 12 Dec 2017 19:00 WIB

Uzbekistan Simpan Khazanah Intelektual Bersejarah

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Masjid Bibi-Khanum, Samarkand, Uzbekistan.
Foto: bestourism.com/
Masjid Bibi-Khanum, Samarkand, Uzbekistan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Meski demikian, Uzbekistan masih menyimpan khazanah intelektual bersejarah hingga kini. Di ibu kota Uzbekistan, Tashkent, terdapat salah satu peninggalan paling suci bagi umat Islam, yaitu mushaf Alquran yang konon tertua di dunia.

Mushaf ini disusun khalifah ketiga umat Islam, yaitu Utsman bin Affan. Penyusunan Alquran ini selesai setelah 19 tahun kematian Nabi Muhammad SAW. Mushaf yang ditulis di atas kulit rusa tersebut disimpan dalam lemari besi kaca khusus. Sekitar sepertiga dari fisik aslinya masih bertahan. Keberadaan Alquran ini menjadi pengingat akan peran Asia Tengah dalam sejarah Islam. Perpustakaan tempat Alquran ini disimpan dikenal sebagai Hast-Imam. Letaknya dekat makam seorang sarjana abad ke-10, Kaffel-Shashi.

 

Mufti Uzbekistan, pemimpin agama tertinggi di negara itu juga memiliki kantor di sana. Terdapat sekitar 20 ribu kitab dan 3000 manuskrip di perpustakaan ini. Karya-karya tersebut terkait dengan sejarah Abad Pertengahan, astronomi, dan kedokteran. Ada juga kitab-kitab tentang hadis dan hukum.

Islam masuk ke Uzbekistan pada abad ke-8 ketika orang-orang Arab memasuki Asia Tengah. Islam awalnya masuk ke bagian selatan Turkestan dan secara bertahap menyebar ke utara.

Uzbekistan merupakan salah satu negara yang dilewati oleh jalur sutra perdagangan pada masa lampau. Jalur Sutra melewati empat kota tua besar di Uzbekistan yaitu Kiva, Tashkent, Bukhara, dan Samarkand.

Uzbekistan dikenal sebagai negara yang melahirkan ulama-ulama terkenal. Salah satunya ulama hadis terkemuka, yaitu Imam al-Bukhari yang berasal dari Kota Bukhara.

Cendekiawan Muslim lainnya yang juga berasal dari Uzbekistan, yaitu Imam at-Tirmidzi dan Abu Manshur al-Maturidi yang merupakan salah satu pelopor ulama fikih Islam.

Di Samarkand, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan pernah menjadi mercusuar pengetahuan di dunia Muslim. Karya Ali Qushji (w 1474 M), yang aktif di Samarkand dan kemudian Istanbul, dipandang sebagai contoh akhir dari inovasi dalam teori astronomi Islam dan diyakini menjadi inspirasi Nicolaus Copernicus karena argumen yang sama tentang rotasi bumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement