REPUBLIKA.CO.ID, Lembaga survei Pew Research Center mempublikasi penelitian berjudul Pertumbuhan Populasi Muslim Eropa. Lembaga itu menyampaikan tiga proyeksi peningkatan populasi Muslim Jerman berdasarkan skenario migrasi yang berbeda.
Dilansir dari The Local, pertama laporan itu memproyeksikan, apabila pemerintah menghentikan migrasi ke Jerman, umat Islam dapat membentuk sembilan persen dari keseluruhan populasi pada 2050. Hal itu disebabkan tingkat kesuburan tinggi di kalangan umat Islam daripada masyarakat Jerman keseluruhan.
Sehingga, kendati pemerintah menghentikan gelombang pengungsi ke negara itu, tetapi migrasi reguler tetap berlanjut. Kondisi itu membuat umat Islam dapat membentuk populasi 11 persen daru penduduk Jerman pada pertengahan abad ini. Pandangan ini menjadi proyeksi kedua penelitian Pew.
Ketiga, dalam skenario migrasi tinggi, riset memperkirakan kondisi Jerman jika terus membiarkan pengungsi berdatangan pada 2014-2016. Riset itu memperkirakan kondisi itu membuat satu dari lima orang Jerman menjadi Muslim pada 2050.
Saat ini, arus pengungsi mulai menurun, sejalan dengan upaya Uni Eropa mengekang pendatang. Sehingga, riset memastikan proyeksi ketiga kecil kemungkinan terjadi.
Alih-alih menjelaskan jumlah berdasarkan proyeksi daripada prediksi pasti, studi tersebut mengklaim adanya perubahan pada susunan demografi Jerman dan Eropa sejak kedatangan pengungsi skala besar antara 2014 dan 2016. Jerman mendaftarkan hampir 700 ribu pengungsi antara pertengahan 2014 hingga 2016.
Sekitar 86 persen dari jumlah itu beragama Islam. Sementara pada periode sama, jumlah migran reguler yang sama tiba di negara tersebut. Sekitar 40 persennya adalah pengikut Islam.
Penelitian Pew memproyeksikan, Eropa memiliki lebih banyak penduduk Muslim dalam tiga dekade mendatang. Apabila semua migrasi ke Eropa dihentikan, populasi Muslim dari 28 anggota Uni Eropa, ditambah Norwegia dan Swiss, meningkat menjadi 7,4 persen dari 4,9 persen pada 2016.