REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VIII Sodiq Mujahid menjadikan Maulid Nabi sebagai momentum untuk mengingatkan manusia menjadi sosok yang teladan. Baik teladan menjadi seorang ayah, suami, pemimpin, ilmuan maupun jenderal.
Kelahiran Rasulullah SAW, terang Sodiq adalah revolusi bagi jiwa, mental, visi, peradaban dari masyarakat jahiliyah (terbelakang) menjadi masyarakat tauhid yang modern dan demokratis. Membawa perubahan dan membuat masyarakat menjadi produktif dan masyarakat supermasi hukum.
Hanya saja, perubahan-perubahan tersebut tidak diberengi dengan meneladani sifat-sifat Rasulullah. Sehingga 70 tahun Indonesia merdeka, menurutnya, kemiskinan masih merajalela, keadilan dan supremasi hukum masih rendah, dan masih bisa diperjual belikan.
"Kita memberantas korupsi saja tidak selesai-selesai," ujar Sodiq kepada Republika.co.id, Kamis (30/1).
Indonesia sambung Sodiq, membutuhkan sosok pemimpin yang ulet, visioner, produktif, amanah, adil, konsisten dan sederhana. Selain itu juga mampu melayani dan memperhatikan rakyatnya dengan ikhlas, tidak munafik dan tidak pernah berpikir untuk pencitraaan.
Saat ini Indonesia krisis pemimpin, baik untuk calon wali kota, bupati, apalagi presiden. "Susah cari pemimpin yang baik," ungkapnya.
Maulid Nabi sebagai hari kelahiran Rasulullah yang selalu diperingati setiap 12 Robiul Awal merupakan harapan pembawa kebaikan bagi umat dan dunia. Begitupun dengan Indonesia, 70 tahun pascakemerdekaan, Sodiq berharap, Indonesia mampu melahirkan kembali sosok-sosok muda yang mampu meneladani Rosulullah.
Pendidikan lanjut Sodiq, salah satu sarana penyeimbang bagi manusia untuk bisa meneladani akhlak Rasulullah. Pendidikan yang bukan hanya tekstual namun juga kontekstual dengan menekankan pada pendidikan untuk mengadopsi gaya hidup dan akhlak Rasulullah.
"Pendidikan kontekstual dan ditekankan serta diperkaya dengan pendidikan untuk mengadopsi gaya hidup dan akhlak Nabi Muhammad yang selalu seimbang membela dunia dan akhirat serta membela ummat Islam dan ummat manusia," ucapnya.