REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidup Rasulullah SAW dipenuhi dengan permasalahan yang sangat serius, tetapi beliau tidak meninggalkan sifat manusiawinya yang menyukai canda. Namun demikian, canda Rasulullah SAW tidak keluar dari batas kebenaran, sebab dusta tidak pernah keluar pada diri beliau. Selain itu, canda Rasulullah SAW tidak bertujuan kecuali menumbuhkan cinta dan kasih sayang.
Dikutip dari buku yang berjudul ‘Teladan Muhammad’, berikut merupakan cara Rasulullah SAW bercanda:
Memeluk Sahabat Beliau dari Belakang
Anas bin Malik ra mengisahkan ada seorang sahabat lelaki dari padang pasir bernama Zahir. Ia pernah memberikan Rasulullah SAW hadiah dari gurun pasir.
Lalu, Rasulullah SAW bersabda, “Zahir ini adalah lelaki padang pasir, sedangkan kita semua tinggal di kotanya.” Rasulullah SAW sangat mencintainya sementara Zahir adalah seorang yang lemah daya pikirannya.
Suatu hari, ketika Rasulullah SAW mendatanginya di pasar, Zahir sedang menjual barang dagangannya. Tiba-tiba Rasulullah SAW memeluknya dari belakang dengan erat sementara Zahir tidak melihat beliau.
Lalu Zahir berkata, “Hei... siapa ini? Lepaskan aku!” Zahir pun memberontak dan menoleh ke belakang. Ketika ia mengetahui bahwa yang memeluknya adalah Rasulullah SAW, Zahir pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih menempelkan pelukan Beliau.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini?” Zahir pun berkata, “Wahai Rasulullah, Demi Allah, aku ini tidak berarti di pandangan mereka.”
Rasulullah SAW menjawab, “Namun, di sisi Allah, kamu amat berarti, Zahir,” atau beliau berkata, “Namun, di sisi Allah, kamu begitu mahal.” (HR. Ahmad, Musnad Anas)
Jujur dalam Bercanda
‘Ubaid bin Umair meriwayatkan ia pernah mendengar seorang lelaki yang bertanya kepada Ibnu Umar, “Apakah kamu pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya aku suka bergurau, tetapi aku tidak berkata melainkan kebenaran.’” Ibnu Umar menjawab, “Ya”. (HR. At-Tirmidzi, kita al-Birru wash-Shalati)
Menjawab Pertanyaan dengan Nada Canda
Anas bin Malik ra mengisahkan bahwa suatu ketika ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, tolong bawa aku (naik).” Rasulullah SAW pun menjawab dengan nada canda, “Kami akan menaikkanmu di atas anak unta.” Lelaki itu bertanya, “ Apa yang bisa aku perbuat dengan seekor anak unta?” Rasulullah SAW menjawab, “Bukankah unta hanya melahirkan anak unta (maksudnya unta dewasa juga merupakan anak unta)?” (HR. Abu Dawud, kita Adab)
Penghuni Surga
Hasan al-Bashri mengisahkan seorang perempuan yang telah renta mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku bisa masuk surga.” Beliau menjawab, “Wahai Ummu Fulan! Surga tidak dihuni perempuan yang telah renta.”
Mendengar hal itu, perempuan tersebut segera bergegas sambil menangis. Maka Rasulullah SAW berkata, “Beri tahukan kepada perempuan itu, bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan renta. Allah SWT berfirman, ‘Kami menciptakan mareka (bidadari-bidadari itu) secara langsung; lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan; yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya. (al-Waqi’ah: 35-37).” (HR. Tirmidzi, Syama’il)
Inilah teladan bagi kaum Muslim dalam bercanda. Dimana beliau mencontohkan bahwa bercanda dengan sesuatu yang benar dan untuk menumbuhkan rasa cinta serta kasih sayang, bukan untuk saling membenci dan bermusuhan.