REPUBLIKA.CO.ID, Pertempuran Bir Mauna sangatlah terkenal. Ada tujuh puluh sahabat yang semuanya syahid dalam pertempuran itu, mereka adalah Qurra, yaitu para hafizh Alquran. Selain mereka, ada beberapa orang Muhajirin dan orang Anshar yang lebih banyak jumlahnya.
Rasulullah SAW sangat mencintai para sahabat ini, karena mereka sibuk berdzikir dan tilawah Alquran pada malam hari. Pada siang harinya, mereka membantu istri-istri Rasulullah SAW dengan mengumpulkan kayu bakar, air, dan sebagainya.
Dikisahkan dari Buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a., suatu ketika, para sahabat ini diminta oleh serombongan penduduk Najd, yaitu kaum Bani Amir dengan pimpinan Amir bin Malik yang terkenal dengan julukannya Abu Barra. Dengan perlindungan darinya sebagai pemimpin, mereka meminta agar dikirim beberapa orang sahabat untuk bertabligh dan mengajari kaumnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Hatiku berkata bahwa para sahabatku ini dalam bahaya. Aku cemas mereka tidak sampai ke tujuan.” Namun, karena utusan itu memberikan alasan-alasan yang cukup kuat, Beliau mengizinkan tujuh puluh sahabat diutus kepada Bani Amir. Beliau menulis surat yang dititipkan kepada jamaah untuk ketua Bani Amir, yaitu Amir bin Thufail. Isinya adalah ajakan Rasulullah SAW kepadanya untuk masuk Islam.
Jamaah ini bertolak meninggalkan Madinah dan tiba di suatu tempat bernama Bir Mauna. Lalu dua orang sahabat, yaitu Umar bin Umayah dan Mundzir bin Umar ra ditugaskan menggembalakan unta-unta milik jamaah. Sedangkan Haram ra dengan dua kawannya ditugaskan menyampaikan surat Rasulullah SAW kepada Amir bin Thufail.
Ketika hampir tiba, Haram ra berkata kepada kedua kawannya, “Tunggulah di sini, aku akan masuk ke sana. Jika aku ditipu, pergilah kalian dari sini. Daripada kita bertiga terbunuh, lebih baik salah satu yang terbunuh.”
Amir bin Thufail adalah keponakan Amir bin Malik ra yang membawa para sahabat. Sebenarnya Amir bin Thufail sangat membenci Islam dan kaum muslimin. Haram ra menjumpai Amir bin Thufail dan menyampaikan surat Rasulullah SAW kepadanya. Namun, tanpa membaca surat itu, Amir bin Thufail langsung menombak dada Haram ra hingga syahid.
Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Haram sempat berkata, “Demi Tuhan Ka’bah, aku telah menang!” Ia syahid dengan kalimat itu. Amir bin Thufail sama sekali tidak peduli telah membunuh seorang utusan. Padahal, menurut bangsa mana pun, membunuh seorang utusan itu tidak dibolehkan. Ia juga tidak berpikir bahwa orang itu telah mendapat perlindungan dari pamannya sendiri.
Setelah mensyahidkan sahabat tersebut, Amir bin Thufail mengumpulkan kaumnya dan menyuruh mereka membunuh semua orang Islam. Namun kaumnya merasa ragu, karena kaum Muslimin telah memperoleh perlindungan dari orang-orang pihaknya. Akhirnya, terkumpullah suatu kelompok besar mereka.
Para sahabat dikepung oleh orang-orang kafir sehingga semuanya gugur terbunuh, kecuali seorang sahabat bernama Ka’ab bin Zaid ra yang masih hidup. Ia disangka telah gugur sehingga ditinggalkan begitu saja. Sedangkan yanng lainnya telah syahid.
Sedangkan Mundzir dan Umar ra yang ditugaskan menggembalakan unta melihat ke langit dan terlihat burung-burung pemakan bangkai berterbangan di dekat tempat itu. Keduanya berkata, “Kita harus segera kembali, pasti ada sesuatu yang terjadi pada kawan-kawan kita.”
Ketika tiba, mereka menjumpai kawan-kawannya telah syahid dan semua kendaraan mereka penuh dengan darah. Mereka terus mengelilingi mayat-mayat tersebut, lalu bermusyawarah mengenai apa yang harus mereka lakukan.
Umar bin Umayah ra mengusulkan, “Mari kita kembali dan memberitahukan kepada Nabi SAW.” Tetapi Mundzir ra berkata, “Berita ini pasti akan disampaikan oleh Allah kepada Beliau. Hatiku berkata bahwa lebih baik kita jangan kembali dan hati kecilku mengatakan, jangan menghindari mati syahid. Sebaliknya kita segera menyusul kawan-kawan kita yang telah syahid di sini.”
Keduanya sepakat untuk menyerang musuh. Pada akhirnya, Mundzir pun mati syahid dan Umar bin Umayah ra ditawan sebagai budak oleh orang-orang kafir. Namun, karena Ibu Amir bin Thufail telah bersumpah akan membebaskan seorang budak, maka Amir bin Thufail bertanggung jawab melaksanakannya, sehingga ia terpaksa membebaskan Umar bin Umayah ra.
Di antara para sahabat yang syahid ada seorang hamba sahaya milik Abu Bakar Shidiq ra yaitu Amir bin Fuhairah ra. Dan yang membunuh Amir adalah Jabbar bin Sulami. Jabbar bin Sulami bercerita, “Ketika kulemparkan tombak ke arahnya dan tepat mengenai sasaran, ia mati syahid sambil berkata menjelang mautnya, ‘Demi Allah, aku telah berhasil.’ Kulihat mayatnya terbang ke langit dan menghilang.”
Jabbar bin Sulami sangat takjub dengan kejadian itu sehingga terus memikirkannya. Akhirnya ia berkata kepada orang-orang mengenai hal yang ia alami. Orang-orang memberitahu kepadanya bahwa itu adalah kejayaan mendapatkan surga. Dari peristiwa itulah akhirnya Jabbar bin Sulami masuk Islam.