Selasa 21 Nov 2017 04:30 WIB

Sahabat yang Menawar pada Nabi dalam Mengkhatamkan Alquran

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
 Sebanyak seribu anak melakukan khataman Alquran dan doa bersama di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta (Ilustrasi)
Sebanyak seribu anak melakukan khataman Alquran dan doa bersama di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Abdullah bin Amr Ash ra adalah seorang sahabat yang ahli ibadah dan zuhud. Setiap hari ia megkhatamkan satu Alquran dan semalam suntuk ia shalat malam, lalu pada siang harinya berpuasa. Nabi SAW pernah memperingatkan kepadanya karena ia terlalu banyak bermujahadah dalam ibadah.

Beliau bersabda, “Jika kamu terus berbuat demikian, badanmu akan melemah, mata yang semalam suntuk tidak tidur dapat menyebabkan sakit mata. Badan ada haknya, keluarga ada haknya, dan tamu-tamu ada haknya.”

Dikisahkan dari Buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a. bahwa Abdullah bin Amr ra mengatakan ia dapat mengkhatamkan Alquran satu kali dalam sehari. Lalu Nabi SAW menasehatiku, “Khatamkanlah Alquran sekali sebulan.” Lalu ia meminta kepada beliau, “Ya Rasulullah, izinkanlah aku memanfaatkan kekuatan dan masa mudaku ini dengan banyak beribadah.”

Maka, nabi menyuruhnya untuk mengkhatamkan Alquran setiap dua puluh hari sekali. Namun Abdullah bin Amr menganggap itu masih sedikit. Ia terus meminta izin kepada Nabi SAW agar boleh memanfaatkan masa mudanya dan kekuatannya dalam beribadah. Setelah meminta izin terus-menerus, akhirnya beliau mengizinkannya untuk mengkhatamkan Alquran seriap tiga hari sekali.

Kebiasaan Abdullah bin Amr ra yang lainnya adalah ia sering menulis sabda Nabi SAW untuk dihafal. Banyak sekali kumpulan hadits Nabi SAW yang ditulisnya dan kumpulan itu diberi nama Shadiqah. Ia berkata, “Apa pun yang aku dengar dari Rasulullah SAW langsung aku tulis agar dapat menghafalnya. Banyak orang melarangku dengan berkata, ‘Rasulullah juga manusia yang kadangkala marah dan dengan kemarahannya itu beliau mengatakan sesuatu. Beliau kadangkala bercanda atau bergurau. Sebaiknya engkau jangan menulis setiap sabda beliau.’

Akhirnya ia tidak menulisnya lagi. Suatu ketika, hal itu ia ceritakan kepada Rasulullah SAW dan beliau menjawab, “Teruslah menulis. Demi Allah Yang jiwaku berada di tangan-Nya, dari mulut ini dalam keadaan marah atau senang, tidak lain yang terucap adalah yang hak.” (Musna Ahmad-Ibnu Sa’ad).

Walaupun Abdullah bin Amr ra seorang ahli ibadah dan zuhud, ia sanggup menulis sabda-sabda Nabi SAW. Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra, “Di antara para sahabat, tidak ada yang melebihiku dalam meriwayatkan hadits Rasulullah SAW kecuali Abdullah bin Amr, sebab ia selalu menulis apa saja yang disabdakan Nabi SAW sedangkan aku tidak menulis.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement