Senin 20 Nov 2017 14:30 WIB
Belajar Kitab

Al-Fihrist Pionir Katalog Bibliografi

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abad Pertengahan, saat peradaban Islam tengah berada di puncak kegemilangan, para sarjana Muslim berhasil mencetuskan beragam karya dari berbagai disiplin ilmu. Baik yang berkenaan dengan agama atau sains. Upaya inventarisasi dan dokumentasi menjadi penting sebagai cara mengabadikan karya-karya ulama yang tercecer tersebut.

Abu al-Faraj Muhammad bin Ishaq bin Muhammad bin Ishaq al-Baghdadi atau akrab dikenal Ibn an-Nadim berusaha mengumpulkan deretan kitab tersebut dalam kumpulan buku yang disertai dengan informasi-informasi penting yang berkaitan. Upayanya tersebut membuahkan hasil yang kemudian tertuang dalam sebuah kitab yang bertajuk al-Fihrist.

Sementara itu, asal kata al-Fihrist sendiri berasal dari bahasa Persia yang diadopsi ke dalam bahasa Arab. Al-Fihrist berarti kitab yang mengoleksi nama-nama buku dan disusun berdasarkan sistematika tertentu. Istilah al-Fihrist dalam kamus Persia juga sering diartikan dengan lembaran yang menyebutkan tema, bab, dan topik dari sebuah kitab.

Al-Fihrist dianggap sebagai kitab berbahasa Arab pertama di bidang katalog yang pernah ditulis. Meski upaya yang sama pernah dilakukan oleh al-Mar'asyi an-Najafi, karya an-Najafi tersebut tidak setenar karangan Ibn an-Nadim.

Penempatan al-Fihrist sebagai kitab pertama yang menginformasikan katalog dalam tradisi keilmuan bangsa Arab juga tidak terlalu berlebihan. Karena, diakui atau tidak, /al-Fihrist telah memosisikan diri layaknya embrio utama dan pionir bagi penulisan kitab-kitab di bidang serupa. Al-Farabi, misalnya, pada pertengahan abad ke-10 H menulis kitab Ihsha al-'Ulum. Al-Khawarizmi mengarang kitab Mafatih al-Ulum, dan Musthafa bin Abdullah Hajji al-Khalifah dengan karya Kasyf Adz-Dzunun.

Apresiasi yang diberikan terhadap kitab al-Fihrist sangat wajar. Hal ini mengingat kitab yang rampung ditulis pada 377 H atau enam tahun sebelum Ibn an-Nadim meninggal dunia ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain, memamparkan bibliografi yang mengupas kitab seorang ilmuwan tertentu berikut deskripsi singkat tentang topik-topik dan ulasannya.

Kecermatan yang disuguhkan oleh Ibn an-Nadim menambah keunggulan al-Fihrist. Ibn an-Nadim memaparkan identitas kitab setelah melakukan identifikasi penuh terhadap kitab tersebut. Misalnya, bab kesepuluh tentang para ahli kimia.

Tatkala berbicara tentang biografi Jabir bin Hayyan dan deretan kitabnya, Ibnu an-Nadim menyebutkan bahwa Jabir bin Hayyan memiliki katalog besar yang mencakup seluruh catatannya tentang shan'ah dan katalog mini yang hanya meliputi karangan tentang shan'ah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement