Jumat 17 Nov 2017 07:35 WIB

Lamakera: Pusat Peradaban Muslim dari Kepulauan Solor

Kampung Lamaholot  Lamakera, Nusa Tenggara Timur.,
Foto:
Kampung Lamakera

Ketiga, ada juga kasus sejarah mengenai eksedus warga Kuku Onang ke Sendiwutun, sebagai bentuk pemeberontakan umat (ata bodoh) terhadap monopoli kebenaran ajaran agama oleh para jou dan penguasa masjid (ata lebbe), sehingga umat melaksanakan syariat hanya sebagai doktrin bukan sebagai ajaran yang dapat dimengerti.

Keempat, adanya sosok tokoh sejarah Abdu Syukur ID yang  mendirikan Taman Pendidikan Sukur, dan mendirikan SMI (Sekolah Menangah Islam) yang kemudia berubah menjadi PGA 4 Tahun Lamakera. Hadirnya lembaga pendidikan ini  Abdul Syukur ID kemudian membuka kantor Kementrian Agama Perwakilan Flores yang berkedudukan di Lamakera 1952 - 1954, sebelum pindah ke Ende dan terakhir di Kupang.

Melalui lembaga inilah  para alumnus yang menjadi tokoh penyuluh dan penyiar islam di berbagai daerah, menjadi pendiri madrasah, selain itu sebagian lainnya  kemudian diangkat dan ditempatkan mejadi kepala kantor kementrian agama di kabupaten Timur, Flores, Sumba, Alor. Ini prestasi peradaban Abd Syukur yang tidak bisa disangkal.

Kelima, setelah Abdurahamn ID dan generasi seangkatannya memperjuangkan berdirinya Kantor Kecamatan Solor Timur di Menanga 1964, orang Lamakera kemudian membangun tujuh buah rumah jabatan yang dibangun oleh tujuh suku di Lamakera. Kantor camat Menanga adalah karya kaum muda dan masyarakat Lamakera.

Maka, dari perspektif historis dan sosiologis inilah, generasi kita mempunyai modal fundamental, bahwa kita memiliki dasar idealisme historis yang sangat kuat. Terutama untuk meneruskan gagasan gagasan besar dan kerja kerja perubahan yang telah diletakan oleh para orang tua pendahulu kita dari Lamakera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement