REPUBLIKA.CO.ID, LUCKNOW -- Sekretaris Gabungan Madrasah Jame-Ul-Uloom Furqania, Shaair Ullah Khan Wajeehi, meminta pemerintah menyediakan guru dan buku penunjang pelajaran sains dan bahasa Inggris. Hal itu mengomentari rencana pemerintah meminta sekolah Islam di Uttar Pradesh, India mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris, matematika, dan sains.
"Pemerintah perlu melakukan alokasi ekstra untuk guru, buku dan peralatan tambahan," kata Wajeehi dilansir dari The Guardian, Jumat (10/11).
Ia mengatakan sekolah madrasah mengajarkan kurikulum modern pada pelajar laki-laki. Kurikulum tersebut, ia berujar, menjadi pendamping pendidikan Islam klasik. Namun, Wajeehi mengatakan, pelajaran matematika dan sains tidak wajib di jenjang sekolah menengah. Dampaknya, banyak pelajar tak tertarik mempelajarinya.
"Saat mereka memasuki pasar kerja, mereka berada pada posisi kurang menguntungkan," ujar Wajeehi.
Ia beranggapan pemerintah perlu mengalokasikan anggaran khusus mendukung kebijakan itu. Ia menyatakan dukungan pada kebijakan pemerintah itu. "Kami akan bahagia. Langkah ini membantu generasi penerus," kata Wajeehi.
Seorang aktivis perempuan Muslim, Zakia Soman mengatakan umat Muslim sangat membutuhkan pendidikan modern. Ia meyakini hal itu mampu mengeluarkan Muslim dari garis kemiskinan. "Studi menunjukkan mayoritas orang tua menginginkan kurikulum modern untuk anak-anaknya," ujat Soman.
Menteri Kesejahteraan Minoritas Negara Laxmi Narayan Chaudhary mengumumkan keinginan itu untuk negara bagian berpenduduk paling padat, Kamis (9/11). "Pemerintah negara bagian berupaya mengenalkan perubahan kurikulum, kata Chaudhary dilansir dari The Guardian, Jumat (10/11).