REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Hamid Abidin mengatakan, potensi filantropi di Indonesia sangat besar. Bahkan, dalam Giving Index yang digelar oleh Charity Aid Foundation (CAF), Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan kedua di dunia setelah Myanmar.
Selain potensi zakat yang besar, penelitian PIRAC dan Dompet Dhuafa pada 2015 juga mengungkapkan, sumbangan perusahaan di Indonesia mencapai Rp 12,45 triliun atau rata-rata sekitar Rp 1,04 triliun per bulan.
"Sayangnya, potensi ini masih belum dimobilisasi secara maksimal dan alokasi sumbangannya masih terfokus pada program kedaruratan atau kebencanaan, keagamaan, penyantunan dan pelayanan sosial," ujarnya.
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Prof Bambang Sudibyo mengatakan, penghimpunan zakat dari seluruh pengelola zakat di Indonesia tahun ini mencapai sekitar Rp 5 triliun. Tapi, sebenarnya potensi zakat nasional jauh lebih besar dari itu, potensinya mencapai Rp 217 triliun per tahun, dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 37 persen.
"Tahun depan, Baznas Lembaga Amil Zakat (LAZ) berkomitmen mengumpulkan zakat sebesar Rp 8,77 triliun," kata Prof Bambang saat Seminar SDGs Sebagai Sarana Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemitraan di Gedung Djaman Nur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, Rabu (1/11).