Selasa 31 Oct 2017 19:54 WIB

Pengajian Imam Bonjol Diperkuat Jadi Menteng Muslim Center

 Materi kajian tafsir Surah al-Baqarah dipandu Yusuf Daud dari Philosufi Centre Surabaya pada pengajian Jum'at malam (27/10).
Materi kajian tafsir Surah al-Baqarah dipandu Yusuf Daud dari Philosufi Centre Surabaya pada pengajian Jum'at malam (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengajian Imam Bonjol yang digagas sekelompok alumnus program pertukaran pelajar International Visitor Leadership Program (IVLP) berganti nama menjadi Menteng Muslim Center.

Pengajian yang bertempat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini digelar sebulan sekali. "Pergantian nama menjadi Menteng Muslim Center ini untuk lebih mengakomodir warga Menteng yang lain," kata kata inisiator pengajian Arief Rosyid Hasan, Selasa (31/10).

Jika sebelumnya pengajian hanya digelar di Jalan Imam Bonjol, lanjut Arief, selanjutnya pengajian akan bergiliran di rumah-rumah warga Menteng yang lain. "Pengajian akan diisi dengan kajian tafsir Alquran dan ceramah populer," kata Arief yang juga ketua umum PB HMI periode 2013-2015 ini.

Pada pengajian Jum'at malam (27/10) dengan materi kajian tafsir Surah al-Baqarah dipandu Yusuf Daud dari Philosufi Centre Surabaya. Yusuf Daud menjelaskan pentingnya mengendalikan ego seperti yang digambarkan dalam peristiwa penyembelihan sapi betina dalam Surah al-Baqarah. "Simbol Tuhan memenggal kepala, di mana kepala adalah simbol ego, sumber persepsi atau prasangka, sehingga yang tersisa adalah qolbu yang merupakan kerajaan Tuhan. Dan Tuhan tidak menawarkan surga bagi pencari-Nya tapi menawarkan Dirinya," kata Yusuf Daud.

Menurut Yusuf, melampaui ego atau menundukkan ego, secara teoritis psikologi banyak kiatnya. "Namun apakah efektif? Wallahualam. Mengapa demikian? Karena ego sudah tercetak pada diri manusia, sejak seorang bayi mengenal ibunya dan ada ikatan atau kemelakatan batin dengannya," kata Yusuf.

Yusuf Daud yang akrab disapa Romo Yusuf ini menjelaskan, seorang anak tidak perlu sekolah  agar bisa memiliki ego dan mahir dalam membesarkan egonya. "Cukup dengan sedikit pelajaran kemelekatan jadilah dia. Celakanya, ego seseorang akan semakin besar seiring dengan waktu," kata Yusuf.

Lantas bagaimana bisa mengendalikan ego apabila sulit menghancurkannya? Alquran mengatakan, lanjut Romo Yusuf, bahwa agama hanya diperuntukkan bagi mereka yang berakal. "Menyikapi fenomena ego juga harus dengan akal. Namun boleh dong memakai "sesuatu" yang melampaui akal. Apakah itu? Para bijak mengatakan ego seseorang hanya akan melunak dan bisa hancur apabila dibenturkan dengan super ego. Siapakah super ego? Ternyata super ego adalah Tuhan Yang Maha Esa. Yang wajib diakui sebagai tiada Tuhan selain Allah. Top deh ego-Nya Tuhan," kata Romo Yusuf.

Lalu bagaimana dapat membenturkan ego agar hancur oleh Sang Super Ego? Romo Yusuf menjelaskan, "Banyak-banyaklah "melangit" , mi'raj menemui Tuhanmu, tabrakkan cahaya ego kita dengan Cahaya Super Ego. Satukan, leburkan, rasakan keindahan proses kembalinya ego, cinta dan kerinduan kita kepada Super Ego, asal usul cinta dan terminal kebahagiaan kita yang kekal. Melangitlah karena Tuhan adanya di atas "langit" ke tujuh. Kemudian hari berganti, orang lain akan melihat ego kita tidak dominan lagi. Hilang, tanpa kita merasa kehilangan. Semoga."

Sebagai informasi, alumnus program pertukaran pelajar International Visitor Leadership Program (IVLP) yang menggagas Menteng Muslim Center adalah delapan pemuda-pemudi Muslim Indonesia, yakni Afri Darmawan (KAMMI Medan), Marzuki (pemimpin Pondok Pesantren Al Barokah, Klaten), Muhammad Milkhan (koordinator Kiai Muda Jateng), Anggia Ermarini (ketua umum PP Fatayat NU), Muhammad Fakhruddin (ketua bidang Hubungan Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah), Yusuf Daud Risin (Sufi Centre Surabaya), Muhammad Arief Rosyid (mantan ketua umum PB HMI), dan Andriyana (mantan ketua umum PP KAMMI) mengikuti pertukaran pelajar IVLP ke Amerika dengan tema "Civil Society in Muslim Communities" selama 3 minggu pada Mei 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement