REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Prof Din Syamsuddin mempunyai tugas mempromosikan kerukunan antaragama di dalam dan luar negeri. Prof Din menegaskan, perlunya sikap optimistis bisa mengembangkan kerukunan antaragama di Indonesia. Sebab, ada modal dasar yang dimiliki Bangsa Indonesia, yakni pemeluk agama yang taat. Agama-agama sejati mengajarkan kerukunan dan perdamaian.
"Ditambah kita punya komitmen kenegaraan, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika. Sehingga agenda kita kedepan bagaimana merevitalisasi modal-modal dasar tadi itu, baik dari agama dan negara untuk diaktualisasikan," terangnya.
Ia menegaskan, maka sangat penting ada penyegaran komitmen kebangsaan dari segenap umat beragama. Bila perlu, mereka ditransformasikan jadi kekuatan-kekuatan pendukung kerukunan. Artinya menciptakan kerukunan dari dalam.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah juga melihat potensi Bangsa Indonesia sangat besar, bangsa dan negara lain tidak memiliki potensi seperti yang dimiliki Indonesia. Maka, untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian memerlukan pendekatan seperti dialog.
"Kita harus meyakini kekuatan dialog, the power of dialogue. Karena dengan dialog permasalahan yang ada dapat kita tanggulangi," ujarnya.
Prof Din melanjutkan, dialog saat ini memerlukan pendekatan baru. Yaitu dialog-dialogis yang bertumpu pada ketulusan dan keterbukaan untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu akan dikembangkan dialog-dialogis untuk memecahkan masalah yang ada. Kemudian, melakukan pendekatan eksperimentasi (membuktikan).
Ia mengungkapkan, dialog kemanusiaan ternyata bisa jalan di Indonesia. Seperti dialog yang dilakukan oleh kalangan umat beragama di Indonesia. Contohnya dialog antar komunitas agama-agama yang telah dan sedang dilakukan.