Senin 30 Oct 2017 21:07 WIB

Pesan Pesantren dalam Membentengi Generasi Muda dari Narkoba

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
 Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah (tengah) saat menjadi pembicara dalam Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan, Gerakan Dakwah Aswaja Bela di Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, Kamis (26/10).
Foto: Republika/Muhyiddin
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah (tengah) saat menjadi pembicara dalam Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan, Gerakan Dakwah Aswaja Bela di Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, Kamis (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sekitar 100 ulama dan cendikiawan se-nusantara mengikuti Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara tahap II di Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, Senin (31/10). Dalam acara tersebut, para ulama diberikan wawasan tentang anti-narkona.

Pembicara dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Jakarta, Emma Suryaningtyas menjelaskan bahwa sejatinya jika ingin membela negara maka generasi muda bangsa harus diselamatkan dari narkoba. "Bela negara itu kita menyelamatkan generasi kita, menyelamatkan santri-santri kita dari narkoba," ujarnya saat menjadi pembicara.

Karena itu, ia berharap para ulama pesantren maupun santri juga menjadi pegiat-pegiat anti narkoba. Di sela-sela tausyiahnya, kata dia, paling tidak para ulama bisa selalu menyelelipkan materi tentang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). "Kiai-kiai diharapkan untuk menjadi pegiat anti narkoba, sehingga bisa menyampaikan kepada para santrinya untuk menjadi kader-kader anti-narkoba," ucapnya.

Sementara, Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Muhammad Yusron Shidqi mengatakan, pesantren merupakan sarana pendidikan yang paling baik bagi setiap generasi muda yang sangat rentan untuk menjadi penngguna narkoba.

Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Yusron ini, setidaknya ada tiga hal yang dapat menimbulkan kerusakan akibat narkoba, yaitu masa muda, masa senggang, dan uang. Jika ketiga hal itu berkumpul, maka tinggal menunggu datangnya kerusakan itu.

"Kalau anak muda punya waktu kosong, punya duit, narkoba itu tinggal menunggu kapan datangnya narkoba itu," katanya kepada Republika.co.id.

Putra bungsu almarhum KH Hasyim Muzadi ini menambahkan, selama ini para ulama pesantren mempunyai peran penting untuk membentengi santri-santrinya terhadap narkoba. Karena itu, kata dia, generasi muda yang belajar di pesantren hampir tidak ada yang candu terhadap barang haram tersebut.

"Makanya orang-orang yang dididik di pesantren akan lebih bersih atau hampir tidak ada yang menggunakan narkoba. Jadi, peran kiai memang tidak secara langsung untuk menyelesaikan narkoba itu, tapi lebih kepada usaha preventifnya," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement