REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya menumbuhkan kecintaan terhadap Alquran di masyarakat salah satunya dapat diwujudkan melalui gerakan komunitas. Seperti yang dilakukan oleh Ummi Maktum Voice (UMV). Sejak didirikan pada 14 Februari 1999, LSM yang berkedudukan di Kota Bandung, Jawa Barat, itu secara konsisten mengadakan program pemberantasan buta huruf Alquran di kalangan penyandang tunanetra di Tanah Air.
Pada mulanya, UMV mengawali karier dakwahnya lewat senandung-senandung Islami yang dilantunkan oleh para anggotanya. Melalui nasyid, kelompok itu terus menggelar silaturahim dari satu ke lain tempat.
Dalam perjalanan berikutnya, para anggota UMV mulai merasa prihatin setelah mendapati bahwa masih banyak tunanetra Muslim di Indonesia yang belum mampu membaca Alquran. Kondisi tersebut lantas mendorong mereka membuat satu kegiatan yang diberi nama "Program Pemberantasan Buta Huruf Alquran Braille" sejak 2005.
Ketua UMV Entang Kurniawan menuturkan, Alquran Braille masih sangat jarang dimiliki secara perseorangan oleh penyandang tunanetra Muslim Indonesia. Itu karena harganya yang terbilang mahal, yakni mencapai Rp 1,65 juta per set atau Rp 55 ribu per juz. "Faktor ini pula yang menyebabkan masih tingginya angka buta huruf Alquran Braille di kalangan tunanetra Muslim kita," ujarnya.
Saat pertama kali diluncurkan, Program Pemberantasan Buta Huruf Alquran Braille UMV berhasil memperoleh dukungan dari berbagai tokoh di Indonesia, seperti politikus, artis, birokrat, ekonom, hingga wirausahawan. Donasi yang dikumpulkan dari para tokoh itu kemudian digunakan UMV untuk membiayai produksi Alquran Braille di percetakan milik Yayasan Penyantun Wiyata Guna (YPWG) Bandung.
"Alhamdulillah, di tahun yang sama, kami berhasil memproduksi 100 set Alquran Braille dan mendistribusikannya ke berbagai daerah di Jawa Barat, mulai dari Bandung, Cimahi, Garut, Kuningan, Ciamis, Majalengka, dan Tasikmalaya. Kami juga melakukan pembinaan kepada para tunanetra di daerahdaerah itu sehingga mereka bisa membaca Alquran Braille dengan baik," ungkap Entang.
Tak cukup sampai di situ, UMV terus bergerak meningkatkan programnya dengan mencetak 500 set Alquran Braille selama periode 2006-2008. Mushaf-mushaf kitab suci berhuruf timbul itu pun lalu disalurkan kepada 500 insan tunanetra yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa, bahkan sampai pula ke Kalimantan dan Sulawesi. Melihat tingginya animo masyarakat terhadap program yang mereka usung, para anggota UMV pun akhirnya sepakat untuk mengubah komunitas mereka menjadi sebuah LSM pada 14 Maret 2007.
Sampai sekarang, UMV terus berupaya mewujudkan misinya memberantas buta huruf Alquran Braille di kalangan tunanetra Muslim Indonesia. Salah satunya dengan menggiatkan kampanye wakaf Alquran Braille kepada masyarakat di Tanah Air.
Lewat gerakan tersebut, para donatur bisa menyumbangkan dana mereka melalui UMV. Di samping itu, masyarakat tunanetra yang membutuhkan juga bisa mengajukan permohonan bantuan Alquran Braille melalui UMV dengan mengisi data diri secara lengkap di laman resmi LSM tersebut.