REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah melihat bahwa belakangan ini ada upaya untuk mempertentangkan Islam dan Indonesia. Karena itu, menurut dia, perlu untuk melakukan dialog nasional seluruh tokoh Indonesia.
"Saya sepakat dialog nasional. Saya menangkap walaupun samar-samar. Ada secara tidak sengaja ataupun disengaja mempertentangkan Islam dengan Indonesia. Ini samar-samar," ujarnya saat menjadi pembicara dalam Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan, Gerakan Dakwah Aswaja Bela di Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, Kamis (26/10).
Padahal, menurut Gus Sholah, Islam dan Indonesia tidak mungkin bisa dipertentangkan. Karena, keterpaduan Islam dan Indonesia merupakan faktor utama persatuan Indonesia. Walaupun, menurut dia, dulu juga sempat ada upaya untuk mempertentangkan Islam dan Indonesia.
"Kita pernah mengalami Indonesia dengan Islam itu berbenturan, bertentangan. Zaman dulu ketika kita masih menginginkan negara Islam. Kemudian pada tahun 70-80 ketika pemerintah memusuhi umat Islam dipimpin oleh Benny Moerdani yang anak buahnya bernama Luhut Panjaitan," tuturnya.
Pada awal tahun 1990, juga sempat muncul istilah ABRI Hijau dan ABRI Merah Putih. Saat itu, Faisal Tanjung dikotomikan sebagai ABRI Hijau dan kunci ABRI Merah Putih dipegang Benny Moerdani. Namun, menurut dia, hal itu tidak bisa.
"Iya dulu kan orang bilang ada jenderal hijau ada jenderal merah putih. Yang merah putih itu Benny Moerdani, gak bisa, kalau anti Islam itu gak mungkin dia Indonesia. Orang Indonesia itu tidak boleh anti Islam. Karena Indonesia ada Islam, gak ada Islam gak ada Indonesia," katanya.
"Nah ini kita kurang paham menurut saya. Jadi kita pernah berbenturan. Masak sekarang mau dipertentangkan lagi. Terimalah apa yang telah kita capai ini," imbuhnya.
Adik kandung dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menambahkan, jika pun saat ini banyak undang-undang yang memberi akomodasi umat Islam, memang seharusnya terjadi. Karena, menurut dia, hal itu melalui proses kostitusional di DPR.
"Kalau anda mau membongkar ya silahkan membongkar, tapi kan tidak mungkin kan karena kita kembali ke zaman dulu. Kita harus melihat ke depan," jelasnya.
Selain itu, menurut Gus Sholah, saat ramainya aksi demo bela Islam beberapa waktu lalu di kawasan Monas, ia juga sempat menyampaikan kepada Menkopolhukam, Wiranto bahwa samar-samar mulai ada upaya lagi untuk mempertentangkan Islam dan Indonesia.
"Jawaban Pak Wiranto, tidak bisa, tidak boleh dipertentangkan. Kalau dipertentangkan Indonesia kintir (hanyut). Artinya arus Islam lebih kuat daripada arus Indonesia," kata Gus Sholah.