Jumat 27 Oct 2017 01:07 WIB

Pesantren dan Santri Kurang Fokus Garap Ekonomi Bisnis

Rep: fuji/ Red: Esthi Maharani
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas
Foto: Edi Yusuf/Republika
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Ekonomi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. Anwar Abbas mengatakan, sekolah-sekolah Islam termasuk pesantren tidak begitu konsen menggarap masalah ekonomi dan bisnis. Karena umumnya sekolah Islam termasuk pesantren dikelola oleh orang-orang yang tidak berpengalaman serta berkecimpung di dunia ekonomi dan bisnis.

"Sehingga masalah ekonomi dan bisnis di sekolah-sekolah Islam termasuk di pesantren tidak tergarap dengan baik," kata Dr. Anwar kepada Republika, Kamis (26/10).

Ia menerangkan, sekarang sudah mulai ada kesadaran di kalangan pesantren dan sekolah-sekolah Islam akan pentingnya ekonomi dan bisnis. Sebab, pada sektor ekonomi dan bisnislah titik lemah umat. Sekarang virus-virus berwirausaha sudah mulai ditularkan dan mendapat perhatian.

Dr. Anwar yang juga Sekretaris Jendral MUI menjelaskan, sebenarnya keterlibatan pesantren dan santri dalam kegiatan ekonomi dan bisnis belum sesuai yang diharapkan. Begitu pula di pesantren-pesantren Muhammadiyah. Tapi, sekolah-sekolah Islam termasuk pesantren, sekarang sudah menyadari bahwasannya ekonomi dan bisnis sangat penting.

 

"Karena yang akan menjadi penentu di suatu negara adalah yang menguasai ekonomi dan bisnis. Sekarang umat Islam akan bergerak ke arah situ, tugas kita bagaimana menyebarkan virus-virus wirausaha di kalangan santri," ujarnya.

Akan tetapi, lanjut dia, dilemanya guru-guru dan kiai tidak berpengalaman dalam ekonomi dan bisnis. Mereka bisa mengajarkan bisnis tapi tidak bisa maksimal layaknya para praktisi bisnis yang sukses. Maka, solusinya harus mengundang para pelaku bisnis ke sekolah-sekolah Islam termasuk pondok pesantren.

Praktisi-praktisi bisnis yang sukses datang ke para santri untuk memberi semangat. Praktisi bisnis yang dihadirkan dari berbagai bidang bisnis. "Ada yang bidangnya kuliner, konveksi, pertambangan, perikanan dan lain sebagainya, itu dibawa mestinya ke pesantren," jelasnya.

Menurutnya, para santri bisa berhadapan, berkomunikasi dan berdialog dengan para praktisi bisnis. Sehingga dari hasil dialog mereka dengan para praktisi bisnis yang sukses, virus wirausaha bisa menular ke para santri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement